Waspadai kemunculan virus Hendra di Indonesia!
Belakangan ini di Indonesia kondisi pandemi Covid-19 sudah mulai membaik, tapi masyarakat diresahkan dengan isu infeksi virus yang lain lagi, yaitu virus Hendra.
Bukti bahwa keberadaan virus ini sudah semakin meresahkan adalah Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI sudah merilis beberapa jawaban atas Frequently Asked Question mengenai virus ini di Media Informasi Resmi Terkini Penyakit Infeksi Emerging Kemenkes.
Apakah kamu salah satu yang memiliki banyak pertanyaan terkait virus ini? Jika iya, yuk, simak ulasan di bawah ini untuk tahu lebih lanjut mengenai virus Hendra di Indonesia.
Hendra virus (HeV) adalah salah satu penyakit langka yang disebut rare emerging zoonosis. Artinya penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia.
Virus ini termasuk dalam genus Henipavirus dan famili Paramyxoviridae, masih berhubungan juga dengan virus Nipah yang juga berada di genus Henipavirus.
Hewan yang menjadi pembawa utama virus ini adalah kelelawar buah dari genus Pteropus, famili Pteropodidae. Virus ini pertama dideteksi di daerah Hendra, Brisbane, Australia, maka kemudian dinamai virus Hendra. Kasus pertama HeV terjadi pada 1994, demikian seperti dilansir dari WHO.
Seperti dijelaskan di gambar di atas, outbreak virus Hendra tercatat di beberapa daerah pesisir Australia dari tahun 1994 hingga 2008. Dari rentang waktu 1994 hingga 2003, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mencatat hanya ada 7 infeksi virus Hendra ke manusia.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, virus Hendra dibawa oleh kelelawar. Kelelawar menjadi salah satu spesies yang berperan penting bagi keberlangsungan hutan-hutan di Australia. Maka dalam kasus ini, memusnahkan kelelawar secara massal juga bukan jadi solusi.
Selain hidup di hutan, kelelawar juga banyak beraktivitas di lahan-lahan dekat dengan pemukiman dan peternakan. Virus Hendra bisa menular ke kuda karena kemungkinan makanan kuda sudah terinfeksi urin kelelawar.
Kuda yang sudah terkena virus Hendra akan mengalami gangguan pernafasan, dan seperti dilansir dari PubMed Central, 14 dari 21 kuda yang terpapar mengalami kematian.
HeV kemudian bisa menular ke manusia jika ada manusia yang terpapar cairan, jaringan tubuh, atau kuda yang terinfeksi virus Hendra.
WHO menyebutkan 7 manusia yang tercatat terjangkit virus Hendra bisa terpapar karena melakukan kontak erat dengan kuda yang terjangkit virus tersebut. Misalnya merawat saat kuda sedang sakit atau melakukan necropsy kuda yang sakit atau mati.
Dilansir dari Kontan, penularan virus Hendra dari kelelawar langsung ke manusia kemungkinannya kecil karena sifat host miliknya berbeda. Selain itu, sejauh ini belum pernah tercatat adanya penularan virus Hendra dari manusia ke manusia lain.
Manusia yang terjangkit virus Hendra disebutkan mengalami infeksi saluran pernafasan seperti demam, batuk, dan nyeri tenggorokan setelah masa inkubasi virus yaitu 9-16 hari.
Salah satu pasien virus Hendra mengalami kematian karena gagal organ atau interstitial pneumonia. Beberapa kasus lain juga berkembang menjadi ensefalitis atau radang otak yang fatal.
Seperti dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan, virus Hendra pada manusia memang jarang, namun angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) manusia yang terjangkit virus Hendra sangat tinggi, yaitu mencapai 57 persen.
Diagnosis virus Hendra dan virus Nipah dapat dilakukan dengan deteksi antibodi IgG dan IgM, real time polymerase chain reaction (RT-PCR), dan juga isolasi virus.
Penanganan pasien virus Hendra harus dilakukan di laboratorium high containment karena perlu dilakukan banyak kombinasi tes menggunakan serum untuk menetralisir antibodi terhadap HeV, atau bisa juga dengan menggunakan cerebrospinal fluid (CSF).
Beberapa penanganan yang pernah dilakukan ini hanya bersifat simptomatis dan suportif. Vaksin dan pengobatan yang spesifik untuk virus ini belum ditemukan hingga saat ini.
Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa belum pernah ditemukan kasus virus Hendra pada hewan ternak maupun manusia di Indonesia. Namun yang perlu kita waspadai, ada beberapa jenis kalong atau kelelawar di beberapa daerah di Indonesia yang mengandung antibodi virus Hendra.
Berdasarkan studi serologi yang dilakukan tahun 2013, ada 22,6% spesies Pteropus vampyrus di Kalimantan Barat dan 25% P.Alecto di Sulawesi Utara yang terdeteksi memiliki virus Hendra.
Melihat data ini, para peneliti merekomendasikan pemerintah Indonesia untuk melakukan surveillance atau deteksi dini agar HeV tidak menyebar di Indonesia.
Lalu pada 2017, Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian mengatakan telah melakukan pencegahan dengan melarang import kuda dan produk turunannya dari Australia, demikian seperti dilansir dari BBC Indonesia.
BACA JUGA: Mengenal Penyakit Mulut dan Kuku yang Mewabah di Indonesia, Ini Cara Pengobatannya
Seperti dilansir dari CDC, manusia yang memiliki risiko tertinggi terjangkit virus Hendra adalah orang-orang yang hidup di daerah distribusi kelelawar. Situasi tersebut dapat membawa HeV dan sering melakukan kontak dengan kuda atau hewan ternak lain yang berisiko terpapar virus Hendra dari kelelawar.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan merekomendasikan beberapa hal ini untuk mencegah penularan virus Hendra di Indonesia.
Selain itu, saat ini diketahui Australia sedang mengembangkan vaksin komersial untuk mencegah virus Hendra pada kuda.
Vaksin ini bisa jadi langkah yang menguntungkan karena melindungi hewan ternak. Seperti kuda dari vaksin Hendra berarti juga memperkecil kemungkinan virus ini menyebar ke manusia.
Jika melihat hasil riset yang menunjukkan persentase angka kematian akibat virus Hendra yang mencapai 4 dari 7 orang atau 57%, angka ini memang lebih tinggi dari Covid-19 dengan Case Fatality Rate hanya 3 sampai 4 persen saja.
Saat ini, status virus Hendra di Australia masih endemi, yaitu hanya di daerah tertentu saja dan jarang terjadi. Namun, jika menyebar bisa berpotensi menjadi wabah atau pandemi baru.
Meski virus Hendra di Indonesia belum ditemukan, tapi asal virus ini lokasinya nggak terlalu jauh, tepatnya di Australia yang memiliki banyak bentang alam sama dengan Indonesia.
Kita bisa memulai untuk melakukan langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan Kemenkes dan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.
BACA JUGA: Lindungi Diri dari Virus, Pelindung Tangan Ini Perlu Kamu Gunakan saat Pandemi
Jadi itu tadi informasi lengkap terkait virus Hendra di Indonesia. Jangan panik akan isu virus ini dan tetap jaga kesehatan! Kamu juga bisa share informasi lain yang kamu ketahui di kolom komentar, yuk saling berbagi.
Cari kost dekat dengan kuliner, perkantoran, rumah sakit, maupun tempat strategis lainnya? Coba ngekost di Rukita saja! Semua unit kost Rukita di Jabodetabek, Surabaya, Malang serta Bandung berada di lokasi strategis dengan akses mudah dekat berbagai tempat strategis.
Jangan lupa unduh aplikasi Rukita via Google Play Store atau App Store, bisa juga langsung hubungi Nikita (customer service Rukita) di +62 811-1546-477, atau kunjungi www.rukita.co.
Follow juga akun Instagram Rukita di @Rukita_Indo dan Twitter di @Rukita_Id untuk berbagai info terkini serta promo menarik.
In this post, we'll explore various HTML elements and how you can style them effectively…
Introduction to Styling in WordPress In this post, we'll explore various HTML elements and how…
Mengenal weton Rabu Pahing untuk laki-laki dan wanita, dari watak, rezeki, garis hidup dan jodoh…
Apa saja manfaat minyak zaitun untuk rambut rontok dan bagaimana cara penggunaannya? Yuk, simak penjelasannya…
Macam-macam kurma terbaik dan berbagai manfaatnya untuk kesehatan. Ada apa saja? Yuk, cek di sini.