Banyak orang sudah tidak betah lagi menjalankan protokol kesehatan dan jadi sembrono. Tidak heran angka kasus Covid-19 terus meningkat di Indonesia, bahkan tanpa adanya kejelasan kapan gelombang pertama berakhir. Di sisi lain orang merasa agak tenang karena berpikir vaksin Covid-19 akan segera mengembalikan kehidupan jadi normal.
Indonesia memang beruntung karena menjadi tempat percobaan klinis fase-3 dari Sinovac. Hal ini juga memunculkan kerja sama pemerintah untuk memproduksi vaksin sesegera mungkin. Namun, ternyata vaksin tidak akan rilis secepat itu, lho.
Pun, ketika sudah diproduksi, vaksin tidak bisa mengembalikan kehidupan jadi normal dalam waktu beberapa bulan. Dampak yang ditinggalkan Covid-19 terlalu besar bagi keadaan ekonomi dan sosial kehidupan kita. Jadi, sambil menunggu kuncinya kita harus jaga diri!
6 Alasan Kenapa WHO Menyatakan Masa Tunggu Vaksin Masih Lama
Ada beberapa hal yang harus kamu ketahui mengenai masa penantian vaksin dan situasi distribusinya. Tidak semua orang bisa mendapatkan akses terhadap vaksin ini, lho! Nampaknya mengharapkan situasi langsung normal masih jauh…
1. Vaksin baru ada pertengahan 2021?
Pada tanggal 4 September 2020, WHO melalui jubir Margaret Harris menyatakan bahwa dunia tidak akan mendapatkan vaksin sampai pertengahan tahun 2021. Hal ini tentu mengejutkan dan cukup membuat sedih karena banyaknya perusahaan yang kini sedang memasuki fase percobaan klinis ke-3 dan menaruh banyak harapan.
WHO menyatakan bahwa ada 34 vaksin yang sedang diujicobakan pada manusia, sedangkan 142 vaksin lainnya sedang melewati fase prapercobaan klinis atau fase pertama.
WHO juga membicarakan mengenai vaksin pertama yang sudah lolos penggunaan ke publik, tak lain tak bukan adalah vaksin Rusia. WHO menekankan bahwa pentingnya pengecekan keamanan dan efisiensi dari seluruh fase percobaan sebelum diproduksi.
Menurut WHO, fase 3 harusnya berjalan lebih lama untuk menguji kemampuan menjaga tubuh dari virus.
2. Lamanya fase 3
Memangnya berapa lama, sih, seharusnya fase 3 uji coba klinis? Mungkin ini adalah pertanyaan yang muncul sesudah mengetahui pernyataan WHO. Sebelumnya kita cari tahu tentang fase 3 dulu saja, yuk!
Menurut wawancara dengan Dr. Gregory Poland, fase 3 adalah fase terakhir dalam pengembangan vaksin sebelum lisensi. Fase ini dilakukan untuk mengukur efisiensi dan keamanan terakhir vaksin. Efisiensi yang dimaksud adalah seberapa besar kemampuan vaksin melindungi penggunanya.Vaksin dianggap efektif bila setidaknya bisa menjaga 50% orang yang sudah divaksin.
Percobaan fase 3 dilakukan pada ribuan bahkan puluhan ribu relawan. Hal ini juga untuk mengamati apakah muncul efek samping langka yang lolos dari fase 1 dan 2. Vaksin diharapkan bisa mencegah penularan atau setidaknya menurunkan komplikasi dari gejala dan reaksi virus.
Dulu, tuh, fase 3 dilakukan selama 1-4 tahun, namun berkat teknologi yang baru kali ini para ilmuwan menargetkan waktu lebih cepat. Mereka berharap bisa melaksanakannya selama 3 bulan, namun demi keamanan maka penelitian butuh waktu lebih lama, yaitu sekitar 6 bulan.
3. Perkembangan Sinovac dan Vaksin Merah Putih
Terdapat 2 vaksin yang sedang diuji coba di Indonesia. Vaksin yang pertama adalah vaksin dari Sinovac Biotech yang disebut CoronaVac. CoronaVac mulai diujicobakan di Indonesia pada bulan Agustus 2020. Uji klinis Sinovak diperkirakan akan selesai pada Januari 2021.
Sinovac sudah menandatangani perjanjian dengan Bio Farma Indonesia untuk memproduksi minimal 40 juta vaksin bagi Indonesia di bulan Maret 202. Selanjutnya akan diproduksi total 220 juta dosis sampai akhir 2021 untuk 130 juta masyarakat.
Vaksin lokal yang dikembangkan oleh Eijikman, LIPI, dan Litbangkes Kemenkes yang disebut vaksin Merah Putih juga masih dalam tahap pengembangan. Pada 4 September lalu, Eijikman menyatakan bahwa tahap ini sudah siap 50% dan diharapkan bisa selesai awal 2021. Berdasarkan prediksi, sih, bisa diproduksi massal pada awal 2022 oleh BioFarma.
4. Vaksin generasi pertama tidak akan sempurna
Para ahli percaya bahwa vaksin-vaksin pertama yang lolos dari fase trial akhir tahun ini tidak akan sempurna. Sebut saja vaksin ini adalah vaksin generasi pertama. Jadi, jangan harap dengan adanya vaksin generasi pertama, tuh, hidup kita langsung normal lagi.
Vaksin generasi pertama ini adalah vaksin-vaksin yang dikembangkan dengan teknologi RNA terbaru. Biasanya vaksin dikembangkan dalam waktu 10 tahun. Namun, kali ini vaksin dikembangkan dalam waktu sekitar 1-1,5 tahun saja. Yap, semua dikaji serbacepat!
Vaksin generasi pertama kemungkinan tidak akan 100% efektif, ya. Maksudnya bisa saja tidak efektif untuk semua umur atau semua kondisi kesehatan. Apalagi uji coba umumnya tidak melibatkan anak-anak, lansia, dan ibu hamil jadi risiko pada mereka tidak diketahui.
Mungkin juga imunitas hanya akan muncul dalam waktu pendek, jadi orang harus rutin vaksin setahun sekali.
5. Distribusi tidak bisa merata
Jangan harap semua orang di Indonesia akan mendapatkan vaksin generasi pertama tahun depan, lho. Sinovac akan memasok 260 juta dosis sampai akhir tahun, sedangkan Bio Farma akan memproduksi 250 juta dosis per tahun. Namun, satu orang harus disuntik 2x sehingga hanya 130 juta orang saja yang bisa menerima vaksin di tahun pertama.
Untuk mencapai herd immunity yang aman dengan menggunakan vaksin, tersebutsetidaknya harus ada 70% warga atau 170 juta orang yang divaskin. Pasokan 130 juta orang ini tentu akan melalui tahapan seleksi dan vaksin juga tidak boleh dipolitisasi.
Vaksin tahap pertama akan diterima oleh grup prioritas yaitu tenaga medis di lini terdepan dan penduduk rentan. Kerja sama global diperlukan untuk memantau distribusi vaksin serta membantu negara-negara rentan agar ekonomi dunia bisa berjalan lebih normal.
Sstt, akan sangat egois kalau distribusi vaksin hanya diberikan kepada negara kaya saja, kan?
6. Sambil menunggu vaksin diperkirakan transmisi kian meningkat?
Jika prediksi WHO benar maka kita masih menunggu sekitar 6-7 bulan lagi untuk melihat distribusi vaksin massal. Namun, sebelumnya musim penghujan dan musim dingin akan datang yang diduga akan meningkatkan transmisi komunitas, tuh.
Tanpa kesadaran untuk memberhentikan transmisi yang terjadi sekarang di antara orang-orang usia produktif, maka transmisi kepada warga yang rentan akan semakin meningkat. Hal ini berarti akan lebih banyak kematian di antara penduduk rentan dan bisa saja mematikan ekonomi maupun bisnis.
Vaksin pertama bukanlah obat sihir yang bisa menyembuhkan dunia dan membuat semua kembali normal dalam hitungan hari. Dampak Covid-19 selama beberapa bulan ke depan masih tidak menentu dan bisa saja memburuk, lho.
Semakin memburuk keadaan kesehatan warga maka akan semakin buruk pula keadaan ekonominya. Hal ini bakal berdampak terhadap produksi vaksin karena untuk mengembalikan semuanya jadi normal akan semakin lama.
Vaksin akan mengembalikan semua jadi normal jika keadaan tidak benar-benar terpuruk. Sambil berharap kerja sama global terhadap distribusi vaksin berjalan lancar, nih, mari ikuti protokol kesehatan dan menjaga diri. Penting banget agar kehidupanmu tetap bisa berjalan senormal mungkin sampai vaksin rilis tahun depan.
Apakah kamu masih mengikuti protokol kesehatan atau sudah menyerah? Ayo, tinggalkan pendapatmu di kolom komentar!