Kenali apa itu tanda-tanda toxic relationship, yuk!
Toxic relationship sering tersamarkan sebagai konflik dalam suatu hubungan. Padahal, konflik yang sehat dan perilaku toxic memiliki dampak yang jauh berbeda.
Nggak salah jika ada yang bilang konflik dan hambatan-hambatan lainnya merupakan hal normal dalam sebuah hubungan. Namun, bukan juga jadi normalisasi ketika sebuah hubungan memasuki atau berada di suatu kondisi yang disebut toxic relationship.
Seperti kata pembentuknya, toxic, kalau tak segera dikenali tanda-tanda toxic relationship, hubungan itu hanya akan jadi racun dalam hidup kamu
Istilah toxic relationship, melansir Time.com, dicetuskan oleh ahli psikologi dan komunikasi dari California, Dr. Lillian Glass, melalui bukunya, “Toxic People”, yang terbit pada tahun 1995.
Menurut Lillian, toxic relationship adalah setiap bentuk hubungan yang pelakunya tidak saling mendukung, terjadi konflik dan salah satu pelakunya berusaha untuk melemahkan yang lain, ada kompetisi, tidak menghormati, dan kurangnya kedekatan.
Memang, setiap hubungan akan mengalami pasang surut. Namun, toxic relationship secara konsisten terasa tidak nyaman dan malah menguras tenaga pelaku hubungan. Alhasil, lebih banyak merasakan momen negatif daripada yang positif.
Ahli medis keluarga yang berspesialisasi kesehatan mental asal California, dr. Kristen Fuller, menambahkan bahwa hubungan yang toxic dapat merusak mental, emosi, dan mungkin fisik salah satu atau kedua pihak yang terlibat.
Sedangkan, situs Verywell Mind mendefinisikan toxic relationship sebagai hubungan yang membuat kamu tidak merasa didukung, disalahpahami, direndahkan, atau diserang. Secara mendasar, seriap hubungan yang membuat kamu merasa lebih buruk daripada lebih baik dapat menjadi racun seiring berjalannya waktu.
Perlu diingat, hubungan yang toxic ini tidak harus yang sifatnya romantis, tapi dapat juga terjadi dalam lingkup pertemanan, keluarga, hingga di dunia kerja.
Hubungan romantis yang tadinya penuh bahagia, bisa berubah jadi perang yang membuang banyak energi dan menguras emosi negatif akibat toxi relationship. Apa yang terjadi?
Sering kali, kita terlalu sibuk dengan diri kita sendiri sehingga nggak sadar hubungan kita dan pasangan mulai berbelok ke arah salah. Bahkan, mungkin, sudah ada tanda-tanda akan seperti apa hubungan tersebut di awal perkenalan, tapi diabaikan.
Sebelum terlambat, kenali dari awal tanda-tanda toxic relationship berikut ini.
Dalam hubungan yang toxic, menurut praktisi pengobatan fungsional, Will Cole, D.C., IFMCP, kepada Mind Body Green , seseorang lebih sering merasa lelah, rendah diri, dan tidak aman secara emosi atau fisik ketika bersama pasangannya.
Pasangan yang toxic juga lebih sering mengkritik hal-hal kecil. Misalnya, suka berkomentar seperti “Aku nggak suka baju yang kamu pakai”, “Potong rambut, dong”, “Ngapain pake makeup”, “Ngapain ketemuan sama teman-teman kamu”.
Komentar semacam itu hanya menghilangkan harga diri kamu. Lama-lama, menurut konsultan pernikahan dan keluarga, Jane Greer, PhD, pada Women’s Health, kamu merasa buruk tentang diri sendiri dan meragukan penilaian pribadi.
Timbul pikiran, “Apa yang bisa saya lakukan supaya semua lebih baik?”
Cemburu dan perasaan takut kehilangan dalam hubungan memang normal. Namun, kalau hampir setiap saat pasangan gelisah memikirkan kamu tidak ada di sisinya, sebaiknya pikirkan lagi hubungan tersebut.
Seorang yang bersikeras pasangannya harus sangat dekat dan melakukan segala sesuatu bersama-sama, menurut Gary Lewandowski Jr., PhD, dosen Ilmu Psikologi di Universitas Monmouth, New Jersey, AS, kepada Women’s Health, menunjukkan hubungan yang toxic.
Pasangan toxic tak mengizinkan kamu untuk melakukan sesuatu sendiri dan terus-menerus memantau atau menanyakan niat dan keberadaan kamu. Mereka ingin mengendalikan situasi yang terwujud dalam bentuk rasa cemburu.
Menurut Psychology Today, sikap ingin mengendalikan dalam hubungan toxic juga diwujudkan dengan cacian, sikap meremehkan, merendahkan, atau mengkritik upaya untuk melakukan sesuatu yan positif dan mandiri oleh pasangan toxic.
Ketika berada dalam hubungan yang toxic, penilaian kamu tentang positif dan negatif suatu hubungan seringkali kabur. Salah satunya, punya keyakinan bahwa pasangan akan berubah dari perilakunya yang negatif.
Padahal, seseorang nggak akan berubah tanpa kemauan untuk berubah. Kalau mereka memang tidak mau berubah, melihat kamu bertahan dalam sebuah hubungan pun tidak akan menggerakkan hati mereka. Alhasil, kamu hanya hidup dalam harapan palsu.
Hanya karena kamu menemukan beberapa aspek positif dari suatu hubungan, bukan berarti kamu harus tetap berada di dalamnya.
Dalam suatu hubungan, pasangan yang toxic dapat memanipulasi kamu untuk merasa membutuhkannya seakan-akan dia juga membutuhkan kamu.
Salah satu triknya, membuat kamu nggak memedulikan lagi sekitar, nggak mau mendengarkan omongan keluarga, sahabat, dan kerabat, serta merasa hanya dia yang bisa memenuhi kebutuhan kamu.
Kamu pun terisolasi dari hubungan yang lain. Pasangan terus-menerus menjauhkan kamu, bahkan membuat kamu menentang teman dan keluarga. Di saat bersamaan, rasanya seperti dekat dan ada ikatan dengan pasangan, padahal ini adalah bentuk ketergantungan yang sehat.
Bertengkar tak selalu karena hubungan yang toxic. Namun, jika orang terdekat kamu selalu menghindar ketika kamu mencoba mengemukakan sesuatu yang ganggu, saat itulah terjadi stonewalling.
Pasangan yang melakukan stonewalling akan berhenti mendengarkan kamu dan mengatakan dia tidak ingin membicarakan masalah tersebut. Dia juga nggak peka atau nggak merespons, bahkan ngeloyor pergi ketika kamu ingin membahas sesuatu yang penting.
Hubungan yang sehat selalu terbuka pada feedback dari masing-masing, ingin mengusahakan apa yang bikin pasangan bahagia, dan cari cara berkomunikasi secara efektif.
Hal lain yang suka dikontrol dalam hubungan yang toxic adalah keputusan. Pasangan toxic lebih suka membuat keputusan sepihak atau dia yang memutuskan segala sesuatunya. Dia nggak menerima jika kamu menentangnya.
Kalau keputusan hanya di tangan satu orang, akan ada indikasi kekuatan yang tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini yang akan menghasilkan ketegangan signifikan dalam hubungan.
Hubungan yang toxic nggak semuanya tentang perilaku pasangan atau orang lain pada kamu, pola perilaku kamu juga bisa jadi tandanya.
Ketika berada dalam hubungan tersebut, seringkali kamu mengabaikan diri sendiri, nggak memikirkan kebutuhan penting untuk diri-sendiri, melupakan perawatan diri, dan sering mebatalkan waktu atau jadwal personal.
Kamu mencoba membenarkan dengan mengatakan hal tersebut adalah pengorbanan untuk hubungan yang langgeng. Padahal, merupakan bagian dari toxic relationship.
Percayalah dengan orang-orang terdekat kamu. Jangan abaikan ketika orang-orang yang mengenal kamu sebelum pasangan toxic tersebut benar-benar khawatir tentang hubungan kamu. Mereka mulai nggak suka sama pasangan kamu dan mulai menanyakan perilakunya.
Masalahnya, kecemasan tersebut datang dari tempat yang protektif seperti teman atau keluarga. Jadi, apa yang mereka katakan justru berakhir negatif atau terasa mengontrol kamu. Sebab, kamu menghadapi situasi berlawanan dengan pasangan toxic kamu dan nggak ingin ada lagi yang mengontrol atau menentukan benar atau salah.
Sebelum bereaksi negatif pada omongan mereka, coba ambil napas dalam-dalam dan tanyakan alasan mereka menentang hubungan kamu. Mungkin, pendapat mereka dapat membuka perspektif baru untuk kamu.
Terakhir dan jangan dilupakan adalah perilaku toxic tidak hanya melibatkan kata-kata yang emosional, tapi lambat laun bisa berakhir dengan kekerasan fisik.
Misalnya saja mendorong, mencengkeram tangan sampai terasa sakit, dan tindakan agresif lainnya. Tindakan-tindakan tersebut merupakan indikasi yang jelas ada ‘kerusakan’ dalam hubungan dan membahayakan salah satunya.
Menurut dr. Kristen Fuller, orang-orang yang toxic terhadap pasangannya memang memiliki alasan munculnya perilaku tersebut, bahkan jika terjadi di bawah sadar mereka. Antara lain, pernah berada dalam hubungan yang toxic, baik secara romantis atau sebagai seorang anak.
Mungkin juga karena dibesarkan dalam keluarga yang kurang memberikan dukungan dan penuh kasih. Atau, mengalami perundungan sewaktu sekolah. Bisa juga karena menderita gangguan kesehatan mental yang tidak terdiagnosis, seperti depresi, anxiety, bipolar, gangguan makan, dan trauma lainnya.
Namun, dr. Lillian Glass menyebutkan alasan yang lebih sederhana, hasil dari saling berpasangan yang tidak sempurna atau kombinasi yang tidak tepat. Seperti, dua orang yang memang suka mengontrol atau salah satunya sangat egois.
Setelah mengetahui tanda-tanda toxic relationship, jangan diabaikan lagi! Hubungan yang toxic tidak hanya memengaruhi kesehatan hubungan, tapi juga ada trauma untuk diri kamu sendiri.
Walau pada akhirnya hubungan yang toxic itu berakhir, kamu jadi lebih waspada, curiga, dan membangun tembok sendiri jika ada yang mendekatimu karena khawatir dia akan menyakiti juga.
Dulu, selalu penuh optimis dan kegembiraan, sekrang hanya ada kecemasan, ketakutan, dan ketidakpercayaan. Dampaknya, kamu jadi sinis terhadap hubungan baru dan menjauhkan diri dari orang-orang sekitar
Kamu merasa seperti ada awan mendung gelap yang mengikuti ke mana pun pergi dan memandang diri jadi negatif.
Kamu jadi berhenti percaya pada diri sendiri, kehilangan harga diri, dan terus-menerus merasa sedih atau selalu bad mood karena pernah menghabiskan banyak waktu dengan seseorang yang begitu negatif.
Hubungan yang toxic menghilangkan ruang untuk tumbuh untuk diri sendiri. Kamu berhenti memikirkan diri sendiri karena pernah ada orang lain yang mencoba mengendalikan dan mendominasi hidup kamu. Akibatnya, kamu berubah jadi lebih buruk, bukan lebih baik.
Hubungan yang toxic menyakiti kamu dengan membuat kamu percaya bahwa kamu pantas mendapatkannya. Ke depannya, kamu bisa mencari hubungan yang sama nggak sehatnya karena sudah merasa akrab dengan hal tersebut. Kamu pun kehilangan kemampuan mengenali hubungan yang sehat.
Hubungan yang toxic tidak hanya berbahaya untuk kesehatan mental. Stres berkepanjangan yang dirasakan ketika berada dalam hubungan yang toxic mengakibatkan degradasi fisik.
Kadar gula darah dan tekanan darah yang meningkat, sistem kekebalan tubuh yang melemah, dan meningkatkan risiko masalah jantung adalah beberapa dampak negatif yang dapat dirasakan dari hubungan toxic terhadap kesehatan fisik. Ditambah lagi, akan merasa kelelahan yang berlebihan dan merasa energi terkuras.
Banyak orang yang menganggap hubungan yang toxic nggak dapat diperbaiki. Jawabannya, nggak elalu. Hanya saja, untuk memperbaikinya perlu keinginan dan kerja yang sangat keras untuk berubah dari kedua pihak.
Perlu ada pemahaman dari keduanya bahwa ada sesuatu yang salah dalam hubungan tersebut. Jika hanya salah satu saja yang ingin menyehatkan hubungan, kecil kemungkinan perubahan itu akan terjadi.
Selain itu, kamu dan pasangan dapat meminta bantuan pihak ketiga untuk memperbaikinya. Hal ini akan berhasil jika kamu dan pasangan saling memahami, terbuka, dan mengakui kesalahan masing-masing. Jadi, sekali lagi, bisa diperbaiki kalau memang kedua pihak ingin memperbaiki.
Ketika hubungan yang toxic kemungkinan besar sudah nggak dapat diperbaiki, nggak ada jalan lain, kamu harus meninggalkan hubungan tersebut. Bukan untuk siapa-siapa, tapi demi kamu sendiri. Dunia begitu luas dan banyak peluang menanti untuk kamu jajal.
Coba strategi dari berikut untuk membantu kamu move on lebih cepat, ya.
Hubungan dapat menjadi hal yang rumit untuk dijalani. Dan, cinta seringkali menjadi emosi yang sulit untuk dipahami. Kadang, hubungan berubah menjadi toxic tanpa disadari. Kita mungkin tidak mengenali pola dan dinamika yang salah dalam hubungan sampai semuanya terlambat.
Oleh karena itu, langkah terbaik yang dapat kita lakukan adalah segera membedakan antara hubungan yang sehat dan tidak sehat. Lalu, hentikan toxic relationship sebelum hubungan tersebut lebih merusak dan sulit diperbaiki.
Seperti kata novelis asal Brasil, Paulo Coelho, “Sometimes your heart needs time to accept what your head already knows.” Kamu pasti bisa!
BACA JUGA: Merasa Jadi Budak Cinta? Cek 10 Tanda Bucin dari Sehat hingga Berlebih di Sini!
Kunci mengatasi toxic relationship adalah fokus pada energi dan kebahagiaan kamu. Cinta nggak pernah mengorbankan kedamaian kamu.
Apakah kamu pernah mengalami hubungan yang toxic? Bagaimana mengatasinya? Share, yuk, di kolom komentar di bawah ini.
Kalau kamu mau tinggal di kost yang sudah pasti lengkap, aman, dan rasanya #SenyamanDiRumah, sudah pasti harus lihat kost coliving Rukita. Rukita punya deretan kost coliving yang tersebar di lokasi strategis Jabodetabek, Bandung, Malang dan Surabaya.
Jangan lupa unduh aplikasi Rukita via Google Play Store atau App Store, bisa juga langsung hubungi Nikita (customer service Rukita) di +62 811-1546-477, atau kunjungi www.rukita.co.
Follow juga akun Instagram Rukita di @Rukita_Indo dan Twitter di @Rukita_Id untuk berbagai info terkini serta promo menarik!
In this post, we'll explore various HTML elements and how you can style them effectively…
Introduction to Styling in WordPress In this post, we'll explore various HTML elements and how…
Mengenal weton Rabu Pahing untuk laki-laki dan wanita, dari watak, rezeki, garis hidup dan jodoh…
Apa saja manfaat minyak zaitun untuk rambut rontok dan bagaimana cara penggunaannya? Yuk, simak penjelasannya…
Macam-macam kurma terbaik dan berbagai manfaatnya untuk kesehatan. Ada apa saja? Yuk, cek di sini.