Netflix sejak awal Oktober 2020 lalu baru mengeluarkan serial baru berjudul “Emily in Paris” yang dimainkan oleh Lily Collins. Kisahnya tentang ekspatriat Amerika yang pindah ke Paris untuk mengubah cara marketing dari kantornya menjadi lebih Amerika. Banyak orang menyukai serial ini, tetapi ada juga yang nggak suka karena cliche dan memberi stereotipe budaya Prancis yang salah.
Memang kemasan serial ini menawan karena fashion pemain dan pemilihan lokasinya indah. Bikin penonton merasa ikut bahagia hanya dengan menontonnya! Tidak lupa aktor dan aktrisnya memanjakan visual serta kisah yang menghibur (meski agak nggak masuk akal, hehehe).
Di sisi lain, tuh, banyak orang Prancis dan ekspatriat di Prancis yang kurang cocok dengan serial ini. Mereka merasa serial ini memberi gambaran yang tidak benar, bahkan buruk terhadap orang Prancis. Maka dari itu, serial ini menunjukkan cultural ignorance atau ketidakpedulian orang Amerika terhadap budaya asing. Benarkah?
Menurut penulis pribadi, sih, yang namanya serial kadang semua dibuat berlebihan demi hiburan semata. Namun, masalah budaya memang harus diperhatikan, ya. Kalau salah atau melenceng banget sehingga malah seperti memperolok budaya lain, kan, nggak bisa dibenarkan.
Biar nggak salah kaprah, yuk, cek budaya Prancis berikut ini…
Hal ini sangat di-highlight oleh banyak kritikus, baik ekspatriat maupun orang Prancis asli. Banyak orang yang berbahasa Inggris sebagai bahasa ibu mungkin berpikir bahwa semua orang bicara bahasa Inggris, ya? Memang sebagian besar orang belajar, sih, namun nggak berarti nyaman menggunakannya.
Orang-orang Prancis sangat menjunjung tinggi budaya, bahasa, seni, dan makanan mereka. Maka dari itu, penting sekali jika ingin tinggal di Prancis untuk bisa berbahasa Prancis karena menurut mereka kalau kamu nggak bisa, maka kamu nggak akan bisa merasakan French experience yang sebenarnya.
Kalau jadi turis, sih, setidaknya belajar sapaan dasar seperti “bonjour, excuze moi, s’il vous plaît, dan merci“. Tanyakan juga apakah mereka bicara baahsa Inggris atau tidak sebelum mengajak berbicara–jangan nyerocos langsung bahasa Inggris! Dengan begini orang akan merasa dihargai dan pasti mau bicara.
Kalau kamu mau kerja dan belajar di sana, ya, belajar dulu bahasa Prancis! Jangan berharap hidupmu bakal mudah dengan modal bahasa Inggris saja.
Di dalam “Emily in Paris”, dia tinggal di sebuah apartemen di tengah Paris yang sangat indah. Dia tinggal di sebuah lantai yang disebut Chambre de Bonne yang terletak di lantai teratas dan luasnya 60m2 dengan pemandangan sangat luas.
Ini adalah stereotipe gedung dan tempat tinggal Prancis yang salah, ya! Mungkin si penulis berpikir bahwa Chambre de Bonne sama seperti Penthouse di apartemen berbahasa Inggris, alias paling atas dan paling mahal. Namun, Chambre de Bonne adalah kamar di loteng terbagi menjadi ruangan kecil biasanya seluas 9m2 saja!
Bisa dibilang Chambre de Bonne adalah kost buat mahasiswa yang biaya sewanya murah karena kecil, kamar mandi sharing, dan panas sekali karena berada di loteng. Apalagi semua tempat di serial ini sangat indah dan bersih padahal apartemen di Paris, tuh, padat. FYI, ada banyak sisi Paris yang kotor dengan grafiti, kotoran anjing di sana-sini, sampah, dan sebagainya juga, kok.
Pengen kamar Instagramable dengan rooftop dan pemandangan yang indah tapi nggak berkonsep Chambre de Bonne? Kamu nggak perlu sharing kamar mandi, lho, kalau tinggal di unit Rukita kamu bisa menikmati hunian yang lengkap dan bisa dipost setiap saat kaya huniannya Emily, ada unit apartemen mevvah juga dengan harga terjangkau, lho!
Untuk cek lokasi ketik di browser kamu: bit.ly/rukita-rooftop
Ini stereotipe orang Prancis yang salah lagi juga, ya. Di “Emily in Paris”, tuh, ada adegan di mana Emily berangkat ke kantor pukul 08.30 pagi, tapi nggak bisa masuk karena kantor masih tutup. Ternyata kantor baru buka pukul 10.30 dan nggak ada orang yang bisa masuk sebelum itu.
Waduh enak sekali ada kantor seperti itu, kan? Kenyataannya jelas berbeda! Walau orang Eropa kultur hidupnya kerja untuk hidup, bukan hidup untuk kerja, mereka bekerja dan rajin. Kantor biasa dimulai pukul 09.00-09.30, namun sebelum itu gedung sudah buka dan orang bisa datang untuk bekerja.
Selain itu, Mindy, teman Emily juga bilang bahwa orang Paris ahli “seni tidak melakukan apa-apa.”. Hal ini benar, namun tidak berarti mereka malas, lho. Orang Prancis suka menikmati waktunya dan embrace the presence. Mereka milih nge-wine, ngeteh, atau ngopi sambil berdiam dan menikmati keadaandi sekitarnya daripada sibuk terus. Coba, deh, katanya ini kunci agar bahagia!
Kita selalu mendengar bahwa orang Prancis atau masyarakat Paris digambarkan sebagai orang sombong dan kasar. Di serial ini bahkan ada tukang bully juga yang suka mengecilkan atau mengolok-olok Emily.
Memang orang Prancis lebih terus terang dan keras di depan, apalagi kepada orang baru kenal. Namun, mereka bukan perundung, ya! Secara budaya, tuh, mereka memang tidak terbuka, lebih tertutup terhadap orang baru, dan memilih untuk bicara seperlunya saja tanpa basa-basi. Setidaknya kata mereka, nih, bukan orang yang menusuk dari belakang.
Perlu kamu tahu orang Paris bahkan sering disebut orang sok oleh orang Prancis non-Paris. Hah? Orang-orang sok Paris ini sering disebut Snobby Parisiene. Hal ini sering disebutkan bagi orang yang lahir, besar, dan tinggal di Paris, pencinta seni tinggi, dan hanya mau bicara hal-hal dalam seperti filosofi. Mereka memang menyebalkan dan ekslusif, namun orang seperti itu ada di mana-mana, kan.
Di manapun, ya, orang Prancis selalu digambarkan genit, suka menggoda, dan suka selingkuh. Di dalam “Emily in Paris”, bos Eveline merupakan selingkuhan dari atasannya lagi dan sekantor mengetahui ini, tetapi dianggap lumrah saja.
Selain itu soal semua pria Prancis genit, seksis, dan suka menjadikan perempuan objek, tuh, salah banget! Lelaki di sana juga berpendidikan dan diajari tentang menghormati perempuan, lho.
Bosnya Emily itu juga mengirimkan baju dalam seksi ke Emily (karena ingin menggoda), semua cowok Prancis tiap ketemu langsung flirty sama Emily, bahkan Emily jadi selingkuhan chef dan bersahabat dengan pacar selingkuhannya. Rumit, ya, tetapi itu semua adalah stereotipe orang Prancis yang salah.
Angka perselingkuhan di Prancis tidak lebih tinggi dari negara lain walaupun mereka lebih santai. Selain itu, nggak lumrah juga perselingkuhan jadi rahasia terbuka di kantor dan bersahabat dengan pasangan resmi dari selingkuhan, tuh, di luar logika. Ini benar-benar salah!
Di dalam “Emily in Paris” digambarkan bahwa orang Prancis merokok terus. Nah, stereotipe ini terkenal banget sampai banyak orang bilang orang Prancis kurus karena hanya merokok, nggak makan! Di serial ini, bosnya juga sering menyarankan Emily untuk nggak makan, tapi merokok saja, dia juga skip makan siang demi merokok. Duh!
FYI, orang Prancis itu foodie dan sangat peduli terhadap budaya makanan. Mereka nggak skip makan siang buat merokok saja. Bos besar kantor Emily juga merokok di depan Emily dengan santai. Padahal, nih, merokok di dalam ruangan ilegal sejak 2007, sementara di bar serta restoran ilegal sejak 2008. Ya, merokok hanya bisa di tempat khusus!
Kalau ini masalah sopan santun dan tata krama dalam budaya Prancis. Di dalam serial ini, ketika Emily makan steak di restoran Gabrielle, dia merasa steaknya kurang matang dan menuntut dimasak ulang padahal belum dicoba sama sekali. Pelayan juga memaksa Emily untuk mencoba dulu sebelum komplain.
Emily merasa customer is a king dan di Prancis ternyata berbeda! Customer restoran adalah tamu. Tugas koki adalah menyajikan makanan dengan bumbu, kematangan, sajian, dan kualitas terbaik. Tugas pelayan adalah melayani kebutuhan bahkan sebelum kamu ngomong, dan pelanggan harus open minded serta menikmati hidangan yang disajikan koki.
Tabu banget buat komplain sebelum mencoba makanan karena koki sudah paham bagaimana makanan diolah agar nikmat. Beda dari di Amerika, restoran di Prancis umumnya milik koki dan makanan tidak diproses berlebihan seperti fast food atau resto serbagoreng. Kalau pelanggan bisa menebak bumbu, nih, dijamin kamu bakal dapat banyak bonus dari restoran.
Di film ini kamu juga akan melihat semua orang fashionable. Pakai heels di mana-mana dan pakai barang bermerek semua. Ini stereotipe yang juga salah, lho! Di Prancis mereka memang menjunjung fashion, tapi nggak heboh dan all branded. Nggak selebay pakaian Emily, ya, dan lebih mendekati Camille atau Sylvie yang chic in their own ways.
Selain itu, Emily bisa dibilang seperti orang kaget dan gegar budaya. Dia pakai topi baret, gantungan kunci Menara Eifell, dan pakai baju dengan print kota Paris. Jelas ini malu-maluin dan lebay banget! Nggak ada orang di Prancis pakai baju bersimbol Paris kayak turis, lho.
Selain itu, Emily selalu pakai high heels stilleto, lari-lari di paving, dan taman-taman Paris. Maklum serial ini tentang fashion, ya. Kalau kamu ke Paris, nih, banyak orang pakai sneakers, boots dengan heels kotak, sepatu heels kotak, dan flat shoes.
FYI, jalanan di Paris banyak menggunakan paving batu, tanah, pasir, dan pasir. Kalau pakai stilleto terus lari-lari demi konten, sih, dijamin jatuh.
“Emily in Paris” adalah serial yang memanjakan mata layaknya serial awal tahun 2000an. Kisahnya memiliki banyak potensi untuk dikembangkan dengan fashion yang memukau walau cenderung lebay. Bagaimanapun ini cuma serial, tapi kalau main ke Prancis, jangan ignorance seperti Emily, ya!
Apakah kamu suka serial “Emily in Paris”? Ceritakan pendapatmu di kolom komentar, ya!
In this post, we'll explore various HTML elements and how you can style them effectively…
Introduction to Styling in WordPress In this post, we'll explore various HTML elements and how…
Mengenal weton Rabu Pahing untuk laki-laki dan wanita, dari watak, rezeki, garis hidup dan jodoh…
Apa saja manfaat minyak zaitun untuk rambut rontok dan bagaimana cara penggunaannya? Yuk, simak penjelasannya…
Macam-macam kurma terbaik dan berbagai manfaatnya untuk kesehatan. Ada apa saja? Yuk, cek di sini.