DKI Jakarta merupakan salah satu wilayah yang memiliki kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia. Sebagai ibu kota sekaligus kota metropolitan, nih, tentunya banyak penduduk dari berbagai daerah tinggal atau bermobilisasi di Jakarta.
Untuk menekan angka kasus Covid-19, Pemprov DKI Jakarta tentu saja melalukan berbagai upaya. Salah satunya adalah dengan memberlakukan Surat Izin Keluar Masuk (SIKM).
Berlakunya SIKM ini diumumkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada 15 Mei 2020 lalu. Tujuannya adalah untuk membatasi penduduk yang keluar-masuk Jakarta agar penyebaran virus tidak meluas.
Setelah beberapa bulan berlalu, nih, memasuki masa new normal dan PSBB Transisi kini SIKM sudah tak lagi digunakan lagi. Pemprov DKI Jakarta telah mencabut persyaratan SIKM pada 14 Juli 2020.
Meski begitu, ada Corona Likelihood Metric (CLM), nih, yang akan menggantikan SIKM. Hmm, apa, sih, perbedaan SIKM dan CLM? Simak di bawah ini, ya!
Meski sudah nggak berlaku, ya, ada baiknya kita mengenali kembali apa itu SIKM. SIKM merupakan surat perizinan yang memungkinkan orang-orang dari luar Jabodetabek masuk ke Jakarta. Terdapat syarat-syarat untuk memiliki SIKM ini, antara lain:
Nah, tidak semua orang bisa mengurus SIKM ini. Hanya mereka yang berkegiatan di 11 sektor industri saja yang masih boleh beroperasi selama masa PSBB, yakni:
Tedapat juga pengecualian terhadap beberapa pekerja atau profesi, antara lain:
Panduan untuk mengurus SIKM bisa kita simak di akun Instagram resmi Pihak Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) DKI Jakarta, yaitu @layananjakarta. Atau, bisa juga menghubungi melalui pelayanan.jakarta.go.id yang terdapat layanan live chat, call center, dan video call.
Setelah memastikan butuh SIKM, kita bisa melakukan langkah berikut:
Nah, di laman JakEVO ini kita akan mengisi formulir data identitas, penanggung jawab, keterangan, pelengkap, dan mengunggah berkas persyaratan. Terdapat 9 berkas yang harus diunggah, antara lain:
Setelah dokumen lengkap dikirimkan ke sikm@jakarta.go.id, nih, selanjutnya kita tinggal menunggu apakah permohonan disetujui atau ditolak. DPMPTSP akan meminta validasi dari penanggung jawab (yang telah kita isi tadi) untuk verifikasi tujuan keluar-masuk DKI Jakarta.
Saat awal penerapannya, tuh, pos-pos check point SIKM tersebar di gerbang tol dan pintu-pintu masuk Jakarta atau perbatasan, salah satunya adalah bandara.
Nah, setelah SIKM diterapkan selama beberapa bulan, kini Pemprov DKI Jakarta menggantinya dengan Corona Likelihood Metric (CLM). Apa itu CLM?
CLM merupakan sistem kalkulator berbasis machine learning yang merupakan upaya untuk seleksi massal tes PCR di DKI Jakarta. Melalui CLM, tuh, masyarakat akan mengisi self-assessment atau tes kesehatan mandiri untuk mengetahui adanya indikasi infeksi Covid-19 atau tidak.
Akan ada beberapa pertanyaan seputar kondisi kesehatan yang harus kita jawab. Tentunya, kita harus mengisi formulir pertanyaan tersebut sesuai dengan kondisi riil yang kita rasakan sejujur-jujurnya agar hasil penilaiannya akurat.
Cara mengurus CLM cenderung lebih mudah dan praktis dibanding SIKM. Dalam pengisiannya pun kita tak perlu banyak lampiran dokumen seperti SIKM ataupun hasil pemeriksaan Covid-19, seperti rapid test atau swab test.
Cara mengisi CLM sangat sederhana, kita hanya perlu mengikuti langkah berikut:
Lantas, bagaimana jika hasil penilaiannya menunjukkan indikasi infeksi Covid-19?
Nah, jika ternyata kita terindikasi infeksi Corona, maka sistem CLM akan merekomendasikan kita untuk segera tes Covid-19. Data yang telah kita masukkan pun akan menjadi bukti untuk melakukan tes Corona di fasilitas kesehatan.
Kita juga akan diimbau untuk karantina mandiri hingga hasil pemeriksaan selesai. Namun, jika hasil penilaiannya negatif, sih, kita bisa tetap melakukan perjalanan.
Selain dari situs rapidtest-corona.jakarta.go.id, tuh, kita juga bisa mengisinya melalui aplikasi di smartphone. Caranya: unduh aplikasi JAKI di Playstore, buka aplikasinya, lalu klik menu JakCLM dan isi tes yang tersedia.
Perlu diingat, nih, masa berlaku hasil tes CLM tersebut adalah tujuh hari. Jika sudah melewati masa berlaku, ya, kita bisa memperbarui hasil tes kesehatannya kembali dengan nomor NIK yang sama.
Jadi, sekarang sudah tahu, kan, apa perbedaan SIKM dan CLM? Singkatnya, CLM merupakan tes kesehatan mandiri yang menggunakan teknologi machine learning untuk mengetahui indikasi paparan Covid-19.
Pengisian CLM ini juga sangat membutuhkan kesadaran dan kejujuran karena kita sendiri yang merasakannya. Jika tak mengisinya dengan jujur, tentu akan membahayakan diri sendiri serta orang lain.
Nah, bagaimana pendapatmu tentang perbedaan SIKM dan CLM ini? Apakah menurutmu CLM lebih efektif dari SIKM? Tinggalkan komentarmu di bawah, yuk!
In this post, we'll explore various HTML elements and how you can style them effectively…
Introduction to Styling in WordPress In this post, we'll explore various HTML elements and how…
Mengenal weton Rabu Pahing untuk laki-laki dan wanita, dari watak, rezeki, garis hidup dan jodoh…
Apa saja manfaat minyak zaitun untuk rambut rontok dan bagaimana cara penggunaannya? Yuk, simak penjelasannya…
Macam-macam kurma terbaik dan berbagai manfaatnya untuk kesehatan. Ada apa saja? Yuk, cek di sini.