Tanggal 10 September ini kita memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia atau World Suicide Prevention Day. Bunuh diri merupakan topik pembicaraan yang kadang masih dihindari oleh banyak orang, namun kita harus membahasnya sekarang.
Data dari WHO mengungkapkan bahwa dari 100.000 penduduk setidaknya 24 orang di antaranya melakukan bunuh diri! Data terkini adalah setiap tahun sekitar 50.000 orang melakukan bunuh diri atau 1.500 orang tiap harinya. Miris!
Kesehatan mental dulu merupakan pembicaraan yang cukup tabu, namun makin banyak orang mulai berani berbicara agar bisa membantu para korban. Kita tidak bisa menyalahkan orang-orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri maupun punya pikiran bunuh diri. Mereka hanya butuh bantuan agar hidupnya tidak berakhir tragis.
Jangan sampai kamu kehilangan orang-orang terdekat akibat bunuh diri, lho, karena sebenarnya kita bisa melihat ciri-cirinya serta melakukan pencegahan. Banyak orang terlihat bahagia, tuh, sebenarnya memiliki masalah kesehatan jiwa yang parah dan menyebabkan mereka memutuskan untuk mengambil nyawanya sendiri.
Ayo, kenali pikiran dan upaya bunuh diri yang dialami orang di sekitarmu, bahkan diri kamu sendiri!
Saatnya Mengenali Ciri-ciri Pikiran atau Usaha Bunuh Diri
Bunuh diri adalah aksi mengambil nyawa sendiri secara sengaja. Sedangkan pemikiran bunuh diri mengarah kepada orang yang sering membicarakan atau memikirkan cara untuk membunuh dirinya sendiri.
Pemikiran bunuh diri (suicidal thoughts) bisa dikategorikan tindakan emergency yang bisa diatasi dengan cara melakukan tindakan pencegahan bunuh diri bagi diri sendiri dan orang lain.
1. Faktor penyebab bunuh diri
Bunuh diri tidak membedakan orang, ya. Semua ras, gender, usia, status sosial-ekonomi, sampai paras tergolong sempurna kadang tidak membuat seseorang merasa lebih baik menjalani hidupnya. Mungkin kamu pun pernah mendengar atau membaca berita soal pelaku bunuh diri yang kaya dan tampan maupun cantik? Ya, semua orang bisa saja mengalaminya kalau punya masalah kesehatan mental.
Ada beberapa faktor penyebab yang harus diperhatikan dan dapat memicu suicidal. Biasanya mereka memiliki penyakit mental seperti depresi, bipolar, anxiety, dan disorder lainnya. Mereka kecanduan terhadap obat-obatan terlarang atau alkohol, maupun sedang sakit parah.
Kadang orang juga mengalami suicidal thoughts ketika sedang stres berat atau menghadapi situasi traumatik walaupun sebelumnya mereka adalah orang yang bahagia. Selain itu melihat orang lain bunuh diri, sejarah keluarga ada yang melakukan bunuh diri, maupun pernah mencoba bunuh diri sebelumnya juga bisa membuat orang ‘termotivasi’ untuk bunuh diri.
2. Tanda-tanda yang mudah dilihat
Sebenarnya tidak ada pola kebisaan yang menjamin seseorang pasti akan melakukan bunuh diri, sih. Kamu mungkin melihat satu atau dua ciri dari orang-orang yang ingin melakukan bunuh diri. Ini adalah daftar ciri yang biasanya gampang dicermati:
- Sering mengatakan kalau dia ingin mati.
- Sering berbicara kalau dia tidak memiliki alasan hidup lagi dan merasa hidup orang-orang lebih bahagia tanpa dirinya.
- Sedang dalam masa merasa kosong, tanpa harapan, dan tidak tahu jalan ke luar dari masalah.
- Sedang merasa sangat bersalah atau malu.
- Menarik diri dari kehidupan sosial.
- Mulai membagikan barang-barang personal dan menyelesaikan masalah yang selama ini belum selesai sambil bercanda ingin mengucapkan selamat tinggal.
3. Tanda-tanda yang lebih sulit dilihat
Selanjutnya ada beberapa tanda-tanda ingin bunuh diri yang lebih susah untuk dicermati. Kadang, ya, orang terdekatnya sendiri nggak bisa melihatnya. Ini adalah tanda-tanda yang mungkin harus kamu amati baik-baik:
- Perubahan pola tidur: Orang itu memiliki pola tidur yang berubah. Hal ini bisa saja karena depresi maupun karena ada suicidal thoughts. Biasanya mereka tidur jauh lebih lama dan susah bangun. Mereka juga bisa saja mengalamai insomnia berat dan sulit beraktivitas karena pegal-pegal. Walaupun ternyata mereka tidak ingin bunuh diri, kamu harus tetap waspada!
- Perubahan kebiasaan: Hal ini biasanya selalu terjadi namun kadang tidak diperhatikan dengan baik. Contohnya orang yang penyabar tiba-tiba jadi mudah tersinggung dan marah. Atau orang yang biasanya stres, tiba-tiba jadi tenang dan damai. Bisa juga orang yang suka bersosialisasi tiba-tiba jadi penyendiri. Kamu juga harus mengamati perubahan mood mereka dan peningkatan konsumsi obat-obatan atau alkohol mereka.
- Menjauh secara emosional: Hal ini bisa diamati oleh orang-orang terdekat. Kalau kamu merasa mereka mulai menjauhkan diri secara emosional dari hidup, aktivitas yang biasanya menyenangkan buat mereka, atau dari orang-orang terdekatnya maka kamu harus waspada. Mereka akan kehilangan ketertarikan terhadap aktivitas normal yang biasanya mereka sukai, termasuk aktivitas umum di rumah dan pekerjaan.
- Rasa sakit fisik yang kuat: Penyakit fisik dan ketidaknyamanan jarang dilihat sebagai ciri-ciri depresi, padahal hal ini sangat penting. Kalau ada orang yang memiliki ciri-ciri di atas mulai menunjukkan penyakit fisik seperti sakit kepala, pencernaan, atau pegal-pegal maka hal ini bisa jadi jadi tanda depresi berat yang bisa mengarah kepada tindak bunuh diri. Apalagi kalau mereka tidak pernah memiliki penyakit itu sebelumnya atau tidak sedang mengalami cedera.
- Memiliki askes terhadap benda-benda berbahaya: Kadang mereka bisa menyembunyikannya, namun kamu bisa mengamatinya. Kalau mereka mulai membeli barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri, seperti pil, obat tidur, pisau, tali yang kuat, pistol dan sebagainya, nih, bisa jadi mereka sedang merencanakan tindakan bunuh diri.
4. Siapa yang umumnya mengalami hal ini?
Angka bunuh diri tertinggi terjadi pada remaja, young adults (18-35 tahun), dan orang tua di atas 60 tahun. Biasanya orang tua yang ingin melakukan bunuh diri adalah mereka yang baru kehilangan suami atau istri akibat perceraian atau kematian, maupun orang yang mengalami penyakit berat.
Selain itu niat bunuh diri juga bisa dialami oleh seseorang yang memiliki sejarah bunuh diri pada anggota keluarganya, atau mereka baru kehilangan orang terdekat akibat bunuh diri. Maka dari itu tindakan konseling bagi keluarga yang ditinggalkan sangatlah penting untuk mencegah tindakan bunuh diri yang bisa terjadi ke depannya.
Bagi remaja dan anak-anak biasanya masalah berkisar seputar keluarga dan persahabatan. Namun, ‘tantangannya’ adalah kadang mereka tidak mau bercerita. Umumnya perasaan ingin bunuh diri muncul ketika mereka menemui masalah berikut:
- Memiliki masalah kesehatan jiwa seperti depresi dan anxiety.
- Sedang berkonflik atau baru kehilangan sahabat dan anggota keluarga.
- Mengalami penganiayaan atau bullying.
- Memiliki masalah kecanduan alkohol maupun obat-obatan terlarang.
- Memiliki masalah medis seperti sakit maupun hamil.
- Bingung soal orientasi seksual.
- Kehilangan teman atau keluarga yang meninggal akibat bunuh diri.
5. Kalau saya mengenali ciri-ciri tersebut harus bagaimana?
Orang yang sendirian dan terisolasi memiliki kecenderungan bunuh diri lebih tinggi daripada yang mendapat dukungan dari keluarga dan sahabat. Kalau kamu mengenali ciri-ciri yang disebutkan di atas, nih, langkah pertama untuk membantu yaitu dengan mengajak mereka bicara baik-baik dan memberikan pengertian, lalu bujuk mereka untuk mencari bantuan profesional.
Kalau situasinya belum genting, ya, berbicara dan mengajak ke dokter akan membantu sekali. Sedangkan kalau mereka sudah mulai melakukan tindak percobaan bunuh diri, nih, coba hubungi Puskesmas atau dokter, atau bisa juga kontak gawat darurat kepolisian, tetapi jangan tinggalkan mereka sama sekali!
Kamu harus menghadapi situasi ini dengan kepala dingin dan jangan meneriaki mereka atau histeris! Sebisa mungkin, nih, amankan semua barang-barang berbahaya yang ada di sekitarnya.
6. Bagaimana cara berbicara dengan mereka?
Cara berbicara ini memang cukup tricky, makanya perlu dibahas. Kamu bisa mengungkapkan kekhawatiranmu dengan penuh rasa kasih tanpa menghakimi dan tanpa mengonfrontasi mereka. Kamu pun harus berani bertanya terus terang dan langsung soal apakah mereka berpikiran untuk bunuh diri.
Pastikan kamu tenang dan berbicara dengan nada yang meyakinkan dan menenangkan. Buat mereka mengerti bahwa perasaan mereka itu penting dan mereka tidak aneh. Tunjukkan dukungan dan semangati mereka. Beri tahu juga mereka bisa disembuhkan lewat bantuan psikolog maupun terapis.
Jangan sesekali mencoba untuk mengecilkan perasaan atau masalah mereka dengan bilang, “Kamu cuma begini saja sudah down, si A saja yang lebih buruk kondisinya nggak apa-apa.” Jangan mempermalukan mereka dengan bilang kurang iman, lemah, atau hal negatif lainnya. Dengarkan saja cerita mereka dan tunjukkan dukungan yang positif!
Saat membantu mereka untuk mencarikan kontak psikolog atau terapis, coba bantu menelepon juga. Antar mereka ke pertemuan pertama kalau perlu. Membicarakan kondisi mereka sangatlah penting dan kamu harus membantunya sebisa mungkin. Jangan anggap waktu akan membantu membenahi semuanya, ya.
7. Bagaimana cara mengurangi suicidal thoughts?
Kalau kamu sendiri yang mengalami suicidal thoughts, nih, jangan malu atau terus memendam masalah ini sendirian. Kamu harus mengambil aksi untuk menyelamatkan dirimu sendiri! Coba bicarakan dengan orang lain, misalnya orang-orang terdekat yang tidak suka menghakimi atau cari bantuan profesional.
Kalau kamu diberi obat oleh psikiater, ya, jangan ubah dosis sesuka hati atau berhenti minum obat tanpa disuruh. Bisa saja ada fase withdrawal yang malah memperparah keadaan, lho! Kalau ada efek samping bicarakan juga kepada psikiatermu.
Jangan skip sesi terapi! Semakin kamu disiplin dan terbuka maka semakin cepat kamu sembuh. Coba cari tahu dari terapismu soal pemicu perasaan ingin bunuh diri yang kamu alami. Hal ini perlu dilakukan agar kamu waspada ketika menghadapi masalah yang sama, lho. Beri tahu juga hal ini kepada orang-orang terdekat agar mereka bisa turut membantu.
8. Hotline pelaporan percobaan bunuh diri di Indonesia
Setelah 5 tahun tidak aktif, nih, pada akhir 2019 Kemenkes menyalakan kembali hotline pencegahan bunuh diri di nomor 021-500-454. Selain itu, jika keadaan sudah mendesak dan sudah berbahaya kamu juga bisa mengontak 119 maupun 110 untuk layanan darurat pertolongan pertama dan kepolisian–meski tidak bisa membantu konseling psikologi.
Selain itu kamu juga bisa mengontak LSM Jangan Bunuh Diri di 021-9696-9293 sebagai lembaga yang peduli terhadap kesehatan jiwa. Twitter Indonesia berkolaborasi dengan Into The Light Community juga meluncurkan servis notifikasi untuk mencegah bunuh diri dan self-harm. Kamu bisa mampir ke akun Twitter @intothelightID atau website mereka di intothelightid.org.
Selain itu Into The Light juga memberikan arahan untuk mencari bantuan di psikolog Puskesmas dan Rumah Sakit di lamannya. Tak hanya itu, ya, kamu juga bisa mencari layanan konseling sebaya dan support grup online di laman ini.
Berikut kontak beberapa Rumah Sakit Jiwa di Indonesia untuk konseling kesehatan jiwa:
- RSJ Amino Gondohutomo Semarang 024 – 6722565
- RSJ Marzoeki Mahdi Bogor 0251 – 8324024, 8324025, 8320467
- RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta 021 – 5682841
- RSJ Prof Dr Soerojo Magelang 0293 – 363601
- RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang 0341 – 423444
Dalam rangka peringatan hari pencegahan bunuh diri tanggal 10 September ini, mari kita sama-sama mengenali ciri-ciri tersebut dari orang-orang di sekeliling kita maupun diri sendiri. Ingat, kesehatan jiwa sangat penting dan kita harus saling membantu satu sama lain.
Apakah kamu memiliki pengalaman terkait hari pencegahan bunuh diri? Ayo, berbagi dengan Rukita di kolom komentar di bawah ini.