Berita dan media sosial akhir-akhir ini masih menggaungkan isu rasisme di Amerika Serikat. Tak hanya di AS, seluruh dunia jadi tersadar dan ikut bersuara, termasuk masyarakat Indonesia. Negara kita sangat beragam sehingga perlu dikenalkan sedini mungkin untuk mengajari anak tentang rasisme dan keberagaman.
Indonesia terdiri atas berbagai suku, ras dan agama sehingga isu-isu SARA juga sering muncul. Namun, tanpa kita sadari, sebenarnya isu rasisme semua berangkat dari rumah yang tertanam sejak kita masih kanak-kanak.
Sekarang sudah jadi kewajiban bagi kita untuk mengajari anak maupun keponakan kecil tentang isu rasisme agar mereka bisa menghargai keberagaman. Keberagaman adalah hal yang indah, lho!
Coba bayangkan kalau semua orang sama? Dunia tidak akan menarik, deh. Anak-anak lahir tanpa tahu artinya perbedaan. Mumpung contohnya nyata di sekitar kita, yuk, ajari adik-adik dan keponakan tentang keberagaman bangsa Indonesia dan dunia!
Mungkin kita sendiri belum punya anak, tetapi hal baik bisa diajarkan kepada mereka yang lebih muda. Kita masih bisa mengajari adik, keponakan, atau anak teman tentang keberagaman dan tindak rasisme, kok. Mengedukasi adik-adik tidak akan pernah merugikanmu–justru membuat dunia semakin baik!
Anak-anak sekecil ini tidak akan mengerti hal yang terlalu kompleks dan belum mengerti berita di TV. Namun, mereka bisa mengetahui rasa marah dan stres dari suara. Oleh karena itu, hindari menonton berita kerusuhan saat ada anak-anak kecil, ya.
Tanpa kamu ketahui stereotipe rasisme ternyata diketahui anak-anak sejak kecil, lho. Dr. Jacqueline Douge menyatakan sejak usia 6 bulan, tuh, otak anak kecil bisa melihat perbedaan ras serta bisa memiliki preferensi memilih warna kulit sejak usia 2-4 tahun. Di sinilah waktu krusial bagi orang dewasa untuk mengajari anak tentang rasisme.
Biarkan anak menonton film atau membaca buku dengan karakter yang memiliki ras atau warna kulit berbeda. Belikan boneka dengan warna berbeda dan ajari mereka untuk menyukai keduanya.
Penulis ingat saat masih kecil, tuh, di toko hanya ada boneka warna kulit cerah sementara iklan TV juga mengagungkan warna kulit terang. Kurangi akses anak dari hal-hal seperti itu, deh.
Nah, kelompok usia ini lebih sedikit menantang karena anak TK-SD mulai banyak tanya, apalagi tentang penampilan orang. Kalau ada yang bertanya tentang warna kulit, bicarakan tentang melanin dan betapa kerennya dunia dipenuhi oleh orang-orang berbeda warna kulit.
Anak-anak kecil juga suka bermain di bawah terik matahari, tuh. Jangan sampai kamu melarangnya dengan alasan ‘agar tidak hitam dan dekil’, atau justru memuji soal ‘putih dan cantik’. Jangan asosiasikan suatu warna dengan sifat tertentu!
Kalau mereka melihat berita-berita berhubungan kerusuhan ras di belahan dunia mana pun, beri pertanyaan mengundang empati pada anak-anak. Contohnya, “Apa yang kamu ketahui dari peristiwa ini? Kenapa mereka marah?” atau “Kalau melihat ada hal nggak adil, kamu mau bagaimana?” Hal ini dilakukan agar mereka paham soal emosi.
Untuk anak SD yang sudah lebih bisa diajak bicara, coba bacakan buku yang menunjukkan diskriminasi (ras, suku, dan agama), keberagaman, dan perasaan dari kedua perspektif. Kemudian ajak menonton video aksi demo damai dan video Martin Luther King Jr. Kamu bisa sekalian membantu mereka memberikan penjelasan dan pemahaman yang benar, tuh.
Bicara saja nggak cukup, ya. Tunjukkan kalau kita berteman dengan orang-orang dengan beragam warna kulit, suku, ras, dan agama. Kalau kamu memiliki teman berbeda warna kulit atau suku, nih, ajak main dengan adikmu, lalu tunjukkan bahwa pertemanan yang berbeda itu memungkinkan dan baik.
Jangan memperolok warna kulit teman atau saudara di depan anak kecil karena ini membuat mereka memiliki preferensi warna kulit, suku, dan ras. Penulis sering dengar cara orang-orang di sekeliling yang bercanda model ‘aduh nggak mau nempel kamu, nanti ketularan hitam’ kemudian tertawa bersama. Walau niatnya bercanda antarteman, tetapi efeknya bisa jelek bagi anak-anak!
Ajari mereka untuk bermain dengan anak-anak kecil yang memiliki suku, ras, agama, dan warna kulit yang berbeda. Mereka sendiri harus merasakan membangun hubungan dengan anak lain dan menikmati perbedaan dalam pertemanan itu. Tindakan nyata bakal memiliki efek lebih baik, tuh.
Mungkin kamu pikir diam saja tentang perbedaan ras, warna kulit, suku, dan agama membuat anak kecil tidak melihat perbedaan. Salah banget! Seperti yang dibahas di atas, otak anak kecil selalu mengklasifikasikan perbedaan fisik sejak usia 6 bulan dan bisa memiliki preferensi saat menginjak usia 2-4 tahun.
Tidak membicarakan perbedaan malah membiarkan mereka mengambil kesimpulan sendiri atau sumber yang tidak benar, lho. Akhirnya nanti malah salah kaprah bagaimana? Selain itu, nih, kalau mereka pikir keadaan perbedaan baik-baik saja, saat melihat diskriminasi terjadi akibat perbedaan maka mereka akan bingung dan tidak tahu harus bagaimana.
Anak-anak dari keluarga minoritas juga harus diajari bahwa mereka minoritas dan berbeda. Bahwa di luar sana masih ada orang yang kadang tidak adil sehingga mereka bisa mempersiapkan diri lebih baik.
Kadang pembicaraan tentang suku, ras, dan warna kulit jadi tabu di rumah. Padahal anak-anak biasanya penasaran dan selalu ingin tahu tanpa berniat buruk.
Nah, saat mereka bertanya kenapa ada orang yang kulitnya putih sekali, kuning, cokelat, dan hitam, lalu ada mata biru atau sipit, serta rambut keriting atau lurus, dan sebagainya, jangan menyuruh mereka diam.
Kalau kamu memaksanya diam maka mereka akan beranggapan ada sesuatu yang negatif. Padahal kamu bisa bertanya balik apa yang membuat mereka bertanya agar tahu apa sebenarnya yang mereka perhatikan. Di sinilah waktumu untuk menjelaskan mengenai perbedaan dan bagaimana perbedaan itu baik.
Kalau bingung cara menjelaskannya, nih, bilang saja tidak tahu dan janjikan bahwa kamu akan mencari tahu nanti. Kamu boleh, kok, pelajari dulu tentang bagaimana cara menjawab pertanyaan itu dengan baik sebelum berbagai pengetahuan dengan adikmu.
Kadang sesudah diajari pun anak-anak masih bisa berbuat kesalahan sehingga masih banyak orang yang mendiskriminasi adik atau keluargamu. Kalau adikmu merasa diperlakukan tidak adil, minta mereka menceritakan dengan lebih detail. Tanya bagaimana perasaannya dan apa yang mau dia lakukan tentang itu.
Kalau adik kita yang melakukan tindakan diskriminasi, nih, ajak adikmu menemui orang yang disakitinya. Tanyakan kepada anak itu apa yang dia rasakan dari tindakan adikmu. Tanya juga kepada adikmu kenapa melakukan hal tersebut untuk mengerti apakah alasannya SARA atau bukan.
Di sini adikmu akan belajar mengerti apa akibat dari tindakannya kepada orang lain. Beri tahu adikmu bahwa menyakiti orang seperti itu tidak baik. Suruh adikmu minta maaf dan tanyakan apa yang bisa dia lakukan agar anak yang sudah disakitinya tidak sedih lagi. Ajarkan adikmu untuk bertanggung jawab, ya.
Kalau adik mendengar jokes SARA, nih, ajak bicara adikmu berdua saja. Beri pengertian bahwa bercandaan bersifat SARA itu salah. Beri tahu juga tentang berbagai stereotip SARA dan jelaskan letak kesalahnya. Adikmu harus tahu agar dia tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Ayo mulai mengajari anak-anak agar tidak menjadi rasis karena tanpa kita sadari ada banyak sekali hal di sekeliling yang membuat anak tumbuh rasis. Dengan menghargai lebih banyak perbedaan, maka kehidupan di masa mendatang mungkin akan lebih baik.
Apakah ada hal yang tanpa sengaja diangkat menjadi isu rasisme terjadi di lingkunganmu? Pernahkah kamu atau keluargamu mendapat perlakuan diskriminasi? Bagaimana kamu mengatasinya? Yuk, berbagi di kolom komentar agar bisa menjadi pelajaran bersama.
In this post, we'll explore various HTML elements and how you can style them effectively…
Introduction to Styling in WordPress In this post, we'll explore various HTML elements and how…
Mengenal weton Rabu Pahing untuk laki-laki dan wanita, dari watak, rezeki, garis hidup dan jodoh…
Apa saja manfaat minyak zaitun untuk rambut rontok dan bagaimana cara penggunaannya? Yuk, simak penjelasannya…
Macam-macam kurma terbaik dan berbagai manfaatnya untuk kesehatan. Ada apa saja? Yuk, cek di sini.