Jakarta merupakan kota yang sudah cukup tua. Jadi, tidak mengagetkan bila terdapat berbagai hotel berusia tua. Kita tinggalkan dulu hotel-hotel yang sudah rusak ataupun yang berhenti beroperasi karena kira akan membahas hotel legendaris di Jakarta yang masih beroperasi.
Kali ini Rukita membahas beberapa hotel legendaris yang masih bertahan, bahkan masih banyak yang mampu menjaga reputasinya sebagai hotel bintang 5! Kamu bisa menikmati dekorasi ala kolonial Belanda, sensasi 70-an, hingga interiroe bergaya Jawa sambil menikmati pelayanan hotel.
Kebanyakan hotel ini berasal dari tahun 60 hingga 70-an, di mana Presiden Soekarno berusaha membangun citra pascakemerdekaan. Mari intip hotel-hotel legendaris terbaik ini!
Sejarah Beberapa Hotel Legendaris yang Masih Beroperasi dengan Baik di Jakarta
Tidak usah takut terhadap keamanan hotel maupun fasilitasnya. Gedung hotel-hotel legendaris di Jakarta inisudah direnovasi sehingga kuat dan nyaman, sementara fasilitas hotel berkualitas internasional.
1. Hotel Sriwijaya di Menteng
Hotel Sriwijaya terletak di Jalan Veteran No.1 Gambir, Jakarta Pusat, tidak jauh dari Galeri Nasional dan Es Krim Ragusa. Tahu apa kesamaan dari ketiga tempat di atas? Semua menggunakan gedung yang dibangun pada zaman kolonial Belanda.
Gedung ini awalnya merupakan restoran dan bakery milik Conrad Cavaduino di tahun 1863 yang berubah menjadi hotel di tahun 1872. Hotel ini masih mempertahankan desain klasik kolonial dengan pilar dan sebagainya. Terdapat foto lawas Hotel Cavaduino di lobi Hotel Sriwijaya.
Pada tahun 1899, hotel ini diubah menjadi hotel bergaya Prancis bernama Hotel du Lion d’Or. Setelah beberapa kali berganti nama lagi, pada tahun 1974, hotel ini menjadi Sriwijaya Hotel.
Hotel direnovasi di tahun 1999 karena sudah lapuk dan berrayap. Perubahan mesti dilakukan untuk mempertahankan warisan kolonial ini. Kini, Sriwijaya adalah hotel tertua yang bertahan di Jakarta dengan tarif mulai dari Rp300.000/malam.
2. Hotel Kempinski di Thamrin
Hotel Kempinski dulu bernama Hotel Indonesia yang merupakan hotel bintang 5 pertama di Indonesia. Hotel ini didirikan pada tahun 1962 oleh Presiden Soekarno untuk menyambut Asian Games ke-4. Hotel yang menghadap Bundaran HI ini ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemda DKI pada tahun 1993.
Hotel ini upaya Soekarno untuk membangkitkan jiwa dan kepribadian masyarakat Indonesia di mata dunia. Terdapat banyak barang bersejarah disimpan di Heritage Room hotel ini seperti pita peresmian dan lift pertama di Indonesia.
Pada tahun 2004, Hotel Indonesia dikelola oleh Kempinski Group sehingga diubah menjadi Hotel Kempinski. Kemudian pemugaran besar-besaran dilakukan dan dibuka kembali tahun 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kini di kawasan Hotel Kempinski memiliki kompleks multiguna yang terdiri atas Hotel Kempinski, Menara BCA, dan Mall Grand Indonesia. Hingga kini Kempinski adalah hotel bintang 5 dengan tarif minimal Rp2.750.000/malam.
3. The Hermitage Hotel di Menteng
Di Jalan Cilacap Menteng terdapat Hotel Hermitage yang merupakan gedung peninggalan Belanda sejak 1923. Gedung ini dulu disebut Telefoogebouw yang merupakan kantor telekomunikasi.
Setelah sempat menjadi Departemen Pendidikan dan kampus Universitas Bung Karno, pada tahun 2008 gedung ini berubah menjadi Hotel Hermitage yang diresmikan pada tahun 2014. Dikarenakan merupakan gedung cagar budaya, arsitektur hotel ini tidak boleh diubah sama sekali.
Gedung utama hotel ini memiliki 2 lantai berbentuk letter-U dengan arsitektur art deco. Dikarenakan gedung ini tidak luas, kamar hotel dibangun di tengah taman. Gedung utama diubah menjadi lobi, ballroom, lounge dan kafe yang kental dengan nuansa Eropa.
Tarif kamar di hotel bergaya klasik Eropa ini mulai dari Rp1.800.000/malam. Selain sejarah dan arsitektur megahnya, LaVue Rooftop Bar sangat populer. Bar ini menunjukkan langit Jakarta yang mencengangkan. Kunjungi, yuk!
4. Hotel Aryaduta di Menteng
Hotel Aryaduta merupakan salah satu hotel tertua di Indonesia yang dibangun di era modern. Presiden Soeharto banyak berandil di dalam perencanaan pembangunan hotel ini untuk menarik investor asing.
Hotel dirintis sejak tahun 1971 dan diresmikan pada tahun 1974 sebagai The Ambassador. Awalnya hotel ini hanya memiliki 216 ruangan, kemudian pada tahun 1985 dibuat sayap gedung baru. Hingga kini ada 325 kamar di Aryaduta.
Pada tahun 1976, nama hotel ini berubah menjadi Hyatt Aryaduta Hotel Jakarta dan kontrak ini berlanjut hingga 2017. Kini hotel ini berganti nama menjadi Hotel Aryaduta setelah dimiliki Lippo Group. Pada tahun 1995, Aryaduta menerima penghargaan atas servis terbaik sebagai hotel bintang 5.
Masih memberikan servis yang excellent, untuk menginap di sini kamu harus membayar minimal Rp1.050.000/malam. Aryaduta juga memiliki tiga restoran berstandar internasional dengan sajian Italia, Jepang, dan Jerman.
5. Hotel Borobudur di Gambir
Hotel Borobudur awalnya dirancang oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960-an. Rencanannya, sih, hotel ini dijadikan sebagai hotel berstandar internasional kedua sesudah Hotel Indonesia.
Hotel yang diresmikan di tahun 1974 ini berdiri di sebuah tanah yang dulunya merupakan perumahan militer pemerintah Belanda. Seperti Hotel Indonesia, Soekarno membangun monumen dan hotel di sini untuk membangun citra internasional Indonesia di mata dunia.
Sesuai namanya, Hotel Borobudur mengusung banyak unsur tradisional dalam desain interiornya. Hotel bintang 5 seluas 7 hektare ini dilengkapi taman seluas 2,3 hektare dan 868 kamar. Pantas saja disebut terbesar pada zamannya, ya!
Pemerintah selalu mengadakan acara internasional di sini karena terdapat banyak sekali ruang konferensi. Selain itu, fasilitas klub spa di Hotel Borobudur merupakan salah satu yang terbaik di Jakarta. Untuk menginap di sini, kamu bisa membayar minimal Rp1.200.000/malam dan nikmati fasilitasnya!
6. Hotel The Sultan di Kawasan GBK
Hotel Sultan berdiri di tahun 1976, maka dari itu desainnya tidak jauh berbeda dari Aryaduta dan Borobudur. Awalnya, hotel ini merupakan jaringan Hilton International Hotel. Namun, pada tahun 2006 terjadi pemutusan kontrak dan berubah nama menjadi The Sultan.
Setelah itu, hotel berbintang 5 dengan 1.104 kamar ini dikelola oleh Singgasana Hotels and Resort. Karena menggunakan konsep kerajaan, The Sultan pun menerapkan konsep yang mengadopsi budaya Jawa, terutama dalam pelayanan.
Pada tahun 2013, Hotel Sultan dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah. Dikarenakan Hotel Sultan ini dalam kompleks Gelora Bung Karno, tanahnya menjadi sengketa karena merupakan aset negara. Dengan kemenangan ini, pihak manajemen hotel harus membayar royalti kepada negara.
Terdapat 5 pilihan kamar mulai dari deluxe room hingga penthouse dengan harga dimulai dari Rp1.300.000 per malam. Terdapat pula gedung apartemen di sini. Jangan lewatkan juga Lagoon Cafe, yang merupakan salah satu restoran masakan Jawa terbaik di Jakarta.
7. Le Meridien di Sudirman
Hotel Le Meridien Jakarta, merupakan Hotel Le Meridien pertama di Indonesia. Hotel yang terletak di kawasan Sudirman ini dibangun pada tahun 1987 dan dimiliki oleh Air France. Awalnya hotel ini dinamai Le Meridien L’Etoile di Paris yang merupakan jaringan hotel Air France.
Hotel ini diresmikan oleh Ibu Negara Tien Soeharto pada awal tahun 1992. Pada tahun 1997, Air France menjual hotel ini dan pada tahun 2005 diakuisisi oleh Starwood Hotel and Resort Grup.
Hotel Le Meridien memiliki dua gedung, gedung main dan tower. Totalnya Le Meridien Jakarta memiliki 396 kamar yang disasarkan untuk eksekutif kelas atas. Maka dari itu, harga kamar minimal di sini adalah Rp2.000.000/malam.
Mengusung suasana resort Prancis, hotel ini identik dengan dinding putih dan atap biru. Terdapat bakery La Boutique Gourmande khas Prancis dan restoran Al Nafoura dengan hidangan Libanon terbaik Jakarta yang harus kamu coba di sini.
Penasaran, kan, untuk melihat langsung keindahan, sejarah, dan fasilitas hotel-hotel legendaris di Jakarta ini? Semua hotel ini sudah teruji oleh waktu, deh.
Kalau mengikuti tren staycation, kamu pun bisa memilih salah satu dari hotel ini. Tertarik untuk pergi ke hotel yang mana?
BACA JUGA: Wajib Coba! 10 Jajanan Kaki Lima di Jakarta yang Legendaris dan Enak Banget