Siapa sangka, ya, 12 tahun setelah resesi global kita akan mengalami resesi lainnya lagi. Sesudah Flu Spanyol di tahun 1918 kini muncul pandemi luar biasa lainnya? Siapa sangka generasi sekarang jadi generasi Covid-19?
Mungkin berbagai pertanyaan seputar Coronavirus bermunculan selama kita berdiam di rumah. Harapannya puncak Covid terjadi sebelum Lebaran dan sesudah Lebaran semua kembali normal lagi. Namun apa? Banyak orang melanggar sehingga entah kapan puncaknya akan terjadi. Semakin lama Covid muncul, nih, semakin tidak jelas keadaan finansial kita.
Berbicara tentang generasi, ya, mulai dari Baby Boomers sampai Gen Z semua mengalami dampak Covid-19. Mari kita lihat bagaimana berbagai generasi ini menanggapi pandemi ini. Jangan lupa tetap jaga diri agar virus Covid-19 tidak kian menyebar. Jadi generasi cerdas, yuk!
Coping Mechanism Tiap Generasi dalam Menghadapi Covid-19
Setiap generasi punya masalahnya masing-masing karena memiliki tanggung jawab berbeda. Walau Gen X sangat dewasa, bukan berarti Milenial tidak kepikiran soal finansial, dan di sisi lain bukan berarti Gen Z tidak akan mengalami trauma jangka panjang.
1. Generasi X (1965-1980)
Generasi X adalah generasi yang mungkin paling siap dengan keadaan isolasi, social distancing, dan karantina. Generasi X tidak besar di dalam kemajuan teknologi seperti kita, mereka bisa menyibukkan diri dan mencari kebahagiaan sendiri di rumah semenjak kecil.
Generasi X adalah generasi sandwich karena biasanya mereka tengah merawat anak dan orang tua. Bisa dibilang, nih, mereka lebih bertanggung jawab dan memiliki banyak tanggungan.
Generasi X mungkin salah satu generasi yang khawatir sekarang atas keselamatan orang tuanya, anak-anaknya, dan pekerjaannya karena usia mereka yang tidak muda lagi.
Masalah pekerjaan
Generasi X kemungkinan mengalami 2 hal selama pandemi Corona. Pertama kemungkinan mereka kini bekerja di rumah, namun bisa juga sedang mengalami ketidaktentuan. Banyak generasi X yang berusia senior dan tidak semaju generasi Milenial dalam hal teknologi dan sebagainya.
Kadang, tuh, beberapa perusahaan ingin cepat mengganti generasi X dengan yang lebih muda dan inovatif. Namun, kadang generasi X juga sosok pemimpin yang baik serta dipenuhi orang-orang berpengalaman yang berdedikasi tinggi.
Beda dari Generasi Milenial, nih, Gen X biasanya lebih loyal terhadap perusahaan. Mereka sudah bukan kutu loncat lagi dan hanya bertahan di tempat yang sudah secure, jadi loyalitas mereka di tengah pandemi akan kian kuat untuk mempertahankan pekerjaan.
Masalah keluarga
Mereka memiliki orangtua yang sudah sangat tua sehingga mereka pasti sangat stres terhadap keadaan orang tua maupun kerabat yang berumur. Mereka juga akan merasa frustrasi kalau anggota keluarga senior ini nggak menganggap Covid-19 berbahaya.
Masalah kesehatan
Generasi X bisa dibilang harus berhati-hati terhadap Covid-19. Banyak dari generasi ini memiliki masalah pernapasan, penyakit jantung, diabetes, liver, dan berbagai komplikasi yang menyebabkan mereka cukup rentan terkena Covid-19.
Mereka juga mengkhawatirkan anak-anak yang sedang belajar di rumah, atau mungkin terjebak di luar kota. Mereka akan berusaha kuat secara mental karena harus bisa tetap produktif bekerja, mengatur keuangan, menjaga orangtua dan anak, terutama untuk membantu proses belajar di rumah.
2. Generasi Milenial (1981-1996)
Untuk milenial dewasa, sih, krisis finansial Covid-19 adalah krisis kedua mereka. Ketika Generasi X khawatir soal kerabat yang lebih tua, keuangan, dan karier, Milenial hanya khawatir terhadap diri sendiri dan orang tua saja.
Beberapa generasi milenial mungkin sudah memiliki anak kecil sehingga mereka akan sibuk membuat anak tidak bosan di rumah dan menjaga produktivitas WFH.
Masalah keluarga
Milenial sangat khawatir kepada orangtuanya! Kalau dulu orang tua selalu menasihati anak-anak, kini kaum Milenial yang menghabiskan waktu mengedukasi orangtuanya tentang Covid-19, meluruskan hoax, dan tindakan prevensi lain yang harus diambil.
Banyak orangtua dari generasi Milenial berada di grup WhatsApp yang dipenuhi hoax. Tugas kaum Milenial, tuh, untuk meluruskan berita-berita palsu yang membahayakan!
Milenial yang sudah menjadi orang tua juga kini mencoba menyeimbangkan waktu antara bekerja di rumah dengan membantu tugas sekolah anak di rumah. Hal ini tentu berat sekali, terutama anak-anak kaum Milenial biasanya masih usia bayi sampai SD. Tentu masih susah sekali menyuruh mereka rajin belajar di rumah, ya.
Masalah finansial
Secara keuangan, tuh, banyak Milenial yang struggling. Mereka harus memotong pengeluaran karena pandemi ini. Sebagian besar dari kaum Milenial mengalami pemotongan gaji bahkan pemecatan sehingga mereka harus berhati-hati dalam mengatur keuangan mereka.
Masalah kesehatan
Kemungkinan generasi ini untuk meninggal karena infeksi sebenarnya cukup rendah. Namun, Milenial masih memiliki risiko kalau merokok atau memiliki berbagai penyakit bawaan. Berhubung banyak Milenial kehilangan pekerjaan, ya, mereka juga bisa kehilangan asuransi kesehatan.
Milenial merupakan generasi yang paling bertanggung jawab di masa ini. Mereka mengerti bahaya Covid-19 dan memilih berlindung di rumah sambil bekerja, berolahraga, dan menonton film online. Mereka lebih mengikuti aturan social distancing daripada generasi yang lebih tua.
3. Generasi Z (1997-2012)
Generasi Z atau Gen Z adalah generasi termuda saat ini dengan rentang usia 8-23 tahun di tahun 2020 ini. Gen Z tidak begitu mengkhawatirkan kesehatannya karena risiko mereka paling rendah, namun mereka khawatir terhadap keluarganya.
Awalnya generasi ini memiliki bermacam cara menanggapi Covid-19 karena infeksi yang minim mengenai kelompok usia ini. Tidak heran masih banyak Gen Z yang tetap bersosialisasi saat orang-orang diminta menjalani social distancing.
Masalah keluarga
Gen Z tidak merasa khawatir soal kesehatannya, namun lebih kepada kesehatan kerabat dan orang-orang lebih tua usianya. Kini mereka sadar bahwa banyak generasi Z bisa menjadi kasus tanpa gejala dan bisa menulari keluarganya. Hal ini membuat mereka jadi lebih berhati-hati, deh.
Masalah kesehatan mental
Gen Z memiliki kesehatan mental terburuk di antara semua generasi karena belum siap dan belum pernah mengalami krisis seperti ini. Covid-19 jelas membuat kesehatan mental Gen Z makin terpuruk.
Masalah tempat tinggal dan pendidikan
Generasi Z banyak yang merantau untuk kuliah. Mereka kini mengalami banyak ketidakjelasan kapan bisa kembali ke sekolah dan mungkin mengalami kendala selama sekolah di rumah.
Mungkin juga banyak Gen Z muda tidak begitu mengerti kenapa mereka di rumah berbulan-bulan dan mengalami kesulitan belajar. Namun, setidaknya mereka aman di rumah.
Sedangkan Gen Z yang terjebak di perantauan mengalami kesulitan keuangan. Mereka tidak bisa bekerja di restoran dan mungkin orang tuanya juga kesulitan mengirimi uang saku sehingga hidup mereka penuh kekhawatiran sekarang inni.
Mereka juga pusing tentang pembayaran uang sekolah dan kuliah, terutama bila orang tua mereka tidak bekerja lagi atau mengalami pemotongan gaji.
4. Bagaimana gaya hidup Gen Z dan Milenial selama karantina?
Penelitian yang dilakukan oleh Kantar menunjukkan bahwa sebagian besar Milenial dan Gen Z sekarang melakukan olah raga dan tidur lebih banyak daripada sebelumnya. Sebagian kecil dari mereka (kurang dari 20%) sedang menghindari berita.
Gen Z lebih banyak melakukan hal untuk mengantisipasi kebosanan, sedangkan Milenial melakukan banyak hal untuk menghindari stres. Mereka sama-sama menghadapi masalah finansial sehingga secara tidak langsung dibandingkan dengan Gen Z.
Sedangkan soal konsumsi media didominasi oleh Gen Z. Lebih dari 70% Gen Z menonton video online, baik melalui YouTube maupun media lainnya. Selain itu sekitar 33% GenZ memanfaatkan TikTok dibandingkan kelompok Milenial yang hanya 27% saja.
5. Trauma antargenerasi
Yang akan muncul sesudah Covid-19 nantinya adalah trauma antargenerasi. Trauma antargenerasi biasanya diakibatkan oleh adanya hal bersejarah yang terjadi dan menyangkut semua orang.
Kita belum tahu efek jangka panjang dari Covid-19, sih, tetapi kalau melihat hal-hal yang terjadi di masa lalu, seperti Great Depression dan 911, maka kita mungkin bisa ‘meraba’ apa yang akan terjadi.
Anak-anak memang tidak mudah terinfeksi Covid-19, namun mereka tetap bisa mengalami trauma psikis. Bagaimana cara mereka menghadapi trauma dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk status sosial-ekonomi.
Anak dari keluarga menengah ke bawah akan lebih merasakan trauma karena mereka melihat stres orang tua mereka, kurangnya pangan, dan hilangnya akses terhadap pendidikan.
Penting bagi orang dewasa untuk berbicara kepada anak-anak mengenai pandemi ini dan membantu mereka menangani stres. Mereka juga harus diberi tahu soal keadaan ekonomi dan psikis yang dialami orang tua karena Covid-19.
Generasi-genarasi ini akan tumbuh dengan trauma, namun akan bangkit dan makin kuat. Ayo, tetap bekerja sebaik mungkin, meningkatkan kemampuan diri, dan melakukan tindakan pencegahan Covid-19 demi menjaga diri dan keluarga.
Apa yang kamu lakukan selama pandemi ini? Yuk, berbagi cerita dan pengalaman di kolom komentar!