Tips

7 Fakta Cancel Culture, Budaya Baru untuk Merusak Reputasi Orang | Cek Plus Minusnya!

Terdapat sebuah budaya baru yang sedang ngetren di kalangan Gen Z dan menular ke Milenial bernama cancel culture. Sebenarnya kata-kata ini sudah ada selama beberapa tahun, namun benar-benar populer mulai tahun 2019-2020.

Biasanya, sih, orang akan di-cancel ketika mereka melakukan suatu tindakan yang menentang isu sosial di dalam masyarakat. Karier seorang selebritas pun bisa jatuh ketika mereka di-cancel oleh masyarakat. Contohnya Leah Michelle yang di-cancel ketika para bintang Glee bercerita bahwa Leah seorang pembully.

Cancle culture awalnya dianggap baik karena menimbulkan awareness bagi masyarakat umum agar tidak mendukung selebritas itu lagi. Sayangnya, budaya ini dianggap tidak memberikan kesempatan orang untuk mengakui kesalahan dan bertanggung jawab atas perilakunya.

Mengenal Cancel Culture dan Alasan Kenapa Budaya Ini Ditentang

Sebagai anak muda, tuh, kita bisa meniru apapun termasuk budaya ini. Kita mungkin bisa cancel ini-itu tanpa merasa bersalah ketika reputasi seseorang rusak. Lantas apa bedanya, dong, dari pembully atau perundungan? Apakah gerakan ini 100% baik?

1. Apakah cancel culture?

Source: theconversation.com

Cancel culture merupakan tindakan masif untuk mencabut atau membatalkan dukungan kepada publik figur maupun perusahaan yang melakukan kesalahan sehubungan dengan isu sosial.

New York Times juga mendefinisikan bahwa budaya ini adalah penyerangan terhadap reputasi maupun pekerjaan seseorang berdasarkan kritik kolektif. Reputasi dan pekerjaan adalah poin penting di sini, ya. Seorang publik figur mungkin ‘hanya’ di-bully, tetapi kalau pekerjaan mereka terancam dan perusahaan diboikot maka mereka juga termasuk sedang di-cancel.

Kalau seseorang di-cancel, nih, hidupnya bisa berbalik drastis. Jon Ronson menulis bahwa budaya ini mirip dengan mempermalukan orang di tempat umum hingga membuat orang kehilangan pekerjaan. Dampaknya bagi kehidupan orang juga bisa besar sekali, tuh, seperti Kevin Spacey yang diberhentikan dari serial “House of Card” karena kasus pelecehan seksual.

2. Awalnya dari mana?

Source: insidehood.com

Pada tahun 1991 di film “New Jack City” ada adegan yang mengatakan “Cancel that b****, I’ll buy another one“. Lalu, pada tahun 2014, seorang bintang VH1 juga bilang “You’re cancelled” saat bertengkar dengan seorang perempuan.

Sejak itu istilah cancelling jadi populer terutama di Twitter. Saat gerakan #metoo terjadi, nih, banyak orang penting di-cancel karena terlibat kasus pelecehan seksual. Saat Taylor Swift terkena masalah dengan Kanye West pun muncul tagar #TaylorSwiftisCancelled yang viral.

3. Free speech bisa dikekang oleh cancel culture

Source: thetimes.co.uk

Banyak orang yang di-cancel karena mengutarakan pendapat yang tidak menyenangkan mayoritas, namun sebenarnya tidak merugikan juga. Free speech selalu mengandung konsekuensi apalagi kalau hal yang kamu bicarakan tidak populer.

Banyak figur-figur terkenal yang dikritik habis oleh publik dan media mengenai kesalahan fatalnya. Namun, sekarang orang yang hanya menyampaikan opini pribadi yang kebetulan menentang kepercayaan mayoritas kadang juga di-cancel karena si pembicara dianggap salah.

4. Cancel culture ditentang

Source:chiefexecutive.com

Banyak orang tidak setuju terhadap cancel culture karena lebih baik si pembicara diberi waktu untuk melihat kesalahannya, lalu mengakui dan mengubah kesalahannya. Orang itu harus bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri dan memperbaiki keadaan jika terjadi kerusakan.

Enam bulan ini, tuh, JK Rowling di-cancel gara-gara komentarnya tentang komunitas transgender bekerja dengan 150 akademisi dan penulis untuk melarang cancel culture. Mereka menganggap bahwa budaya ini menolak kebebasan berbicara.

Mereka merasa bahwa budaya ini tidak memiliki toleransi terhadap sudut pandang lain dan suka mempermalukan orang di muka umum. Lucu, ya, melihat budaya free speech dilakukan tapi dengan cara menyuruh orang lain bungkam.

5. Terus kebebasan berbicara akan hilang, dong?

Source: forbes.com

Kalau penasaran bagaimana caranya di-cancel, nih, hanya perlu satu hari buruk lalu mengeluh ngawur di media sosial sehingga kamu bisa saja kena cancel. Ya, semua yang terjadi di internet pada akhirnya mengaburkan antara free speach dan hate speech.

New York Times dan para akademisi di New York menyatakan bahwa chaos-nya pikiran dalam internet membuat istilah ini bermasalah. Mereka mengimbau masyarakat untuk membuat norma baru. Namun, apakah membuat norma baru itu tugas kita?

Semua orang harus memiliki tempat untuk mengemukakan pendapat dan pikiran yang dimilikinya. Jika seseorang mengatakan sesuatu yang salah, coba mengerti perspektifnya untuk bisa membenarkannya dengan baik. Perbedaan bukan berarti kebencian, lho, semua orang pasti memiliki pemikiran berbeda yang mungkin menurut kita negatif, tetapi jangan mudah main hakim sendiri!

6. Targetnya pun bisa saja salah

Source: daily.jstor.com

Selebritas adalah orang-orang yang paling mudah di-cancel. Namun, banyak orang yang sebenarnya jadi problem sosial tidak bisa di-cancel, entah karena kekuatan mereka yang terlalu besar, atau kekuatan pelindung mereka (misalnya bos).

Orang yang memiliki fanbase superbesar biasanya akan susah di-cancel karena mereka ‘berlindung’ di balik fans. Banyak kaum elite dan perusahaan besar yang problematik tidak ter-cancel karena uang mereka terlalu banyak untuk menutupi kasus ini.

Namun, budaya ini berhasil jika mampu mengubah sudut pandang orang-orang tersebut mengenai sesuatu tanpa perlu merusak kariernya. Kamu juga bisa meng-cancel si target utama, misalnya Rowling tanpa perlu membatalkan penulis kecil yang berpihak kepadanya. Hal ini pasti akan membuat semua orang yang berada di sisi Rowling jadi khawatir. Kasihan nggak?

7. Apakah budaya ini baik, atau buruk?

Source: cultmtl.com

Kadang ketika orang menyadari kesalahannya, sih, cara cancel ini bisa jadi hal positif. Namun, kadang perkataan publik sangat berlebihan. Cancel culture bisa berubah menjadi ajang bullying, ancaman mati, dan lain sebagainya.

Daripada menghabiskan waktu untuk cancel orang, nih, akan lebih baik kalau kamu menggunakannya untuk diri sendiri juga. Tahukah kamu bahwa refleksi diri bisa membantu mengubah ide dan pikiran seseorang? Jadi, lebih baik membuat para tersangka melakukan refleksi diri saja, kan.


Cancel culture memang seru, ya, tetapi apakah kamu senang bisa melihat reputasi orang jatuh, bisnis bangkrut, dan orang lain nggak punya pekerjaan lagi? Belum tentu hal ini membuat masalah sosial yang kamu ‘junjung’ jadi membaik.

Tentu akan lebih baik membuat seseorang bertanggung jawab atas kesalahannya,dong, agar dia dan followers-nya tahu hal yang seharusnya mereka lakukan sehingga menjadi orang yang lebih baik.

Apakah kamu suka dengan gerakan cancel culture ini? Tuliskan pendapat pribadimu di kolom komentar, yuk!

Chikitta Carnelian

Lifestyle content writer by day, and researcher by night. Care about mental health, the environment, and healthy lifestyle. Love pastries too much and enjoy trying different brunch places and nice bars. In the journey to consume less meat.

Recent Posts

Sample Post – Megs

In this post, we'll explore various HTML elements and how you can style them effectively…

11 months ago

Sample Post

Introduction to Styling in WordPress In this post, we'll explore various HTML elements and how…

12 months ago

Mengenal Weton Rabu Pahing, dari Watak hingga Jodoh untuk Laki-Laki dan Wanita

Mengenal weton Rabu Pahing untuk laki-laki dan wanita, dari watak, rezeki, garis hidup dan jodoh…

2 years ago

Manfaat Minyak Zaitun untuk Mengatasi Rambut Rontok | Bisa Digunakan Sebagai Masker Rambut!

Apa saja manfaat minyak zaitun untuk rambut rontok dan bagaimana cara penggunaannya? Yuk, simak penjelasannya…

2 years ago

9 Macam-Macam Kurma Terbaik dan Bermanfaat bagi Kesehatan

Macam-macam kurma terbaik dan berbagai manfaatnya untuk kesehatan. Ada apa saja? Yuk, cek di sini.

2 years ago