Benarkah euphoria artinya bisa negatif atau positif?
Memiliki sebuah perasaan senang adalah hal yang normal. Namun, akan menjadi sebuah masalah bila perasaan tersebut menjadi terlalu berlebih. Misalnya saja, jika kamu mendapatkan sebuah kabar baik yang selama ini diimpikan. Tentu kamu akan merasa sangat senang, hingga tidak bisa diungkapkan.
Nah, perasaan gembira atau senang yang berlebih itu disebut dengan euforia atau euphoria. Hal ini tentu saja akan muncul secara alami jika kamu mengalami hal yang membahagiakan.
Namun, pada beberapa kasus keadaan ini justru termasuk hal yang nggak sehat untuk dirinya. Bagaimana bisa? Yuk, simak ulasannya berikut ini.
Euphoria Artinya
Secara harfiah, euphoria artinya kebahagiaan yang ekstrem dan dalam keadaan tertentu. Keadaan tersebut sering kali melebihi kewajaran. Sementara euphoria dalam ilmu psikologi memiliki arti sebagai peningkatan suasana hati dan kebahagiaan yang nggak mencerminkan keadaan sesungguhnya.
Pada dasarnya, keadaan ini adalah normal dan dapat terjadi secara alami pada semua orang. Namun, dalam kondisi ini sangat mungkin kamu akan merasakan rasa senang yang berlebihan.
Euphoria bisa merupakan perasaan positif dan menjadi negatif. Bahkan euforia dapat menjadi salah satu gejala dari sejumlah gangguan kesehatan mental. Meski begitu, euphoria yang datang secara alami dan tak berlebih bisa memberi manfaat bagi tubuh. Berikut ini manfaat yang akan kamu rasakan.
- Dapat menurunkan risiko penyakit jantung yang diakibatkan oleh stres berat
- Bisa menjauhkan diri dari penyakit mental, karena membuat seseorang akan berpikiran positif. Dengan merasakan euforia, seseorang dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah.
Gejala dan Tanda Euphoria
Euphoria artinya seseorang dengan perasaan bahagia yang berlebihan ini seringkali dikaitkan dengan kesehatan mental seseorang. Terkadang dapat terlihat pada gangguan kejiwaan lainnya, seperti skizofrenia, di mana respon emosional dan persepsi realistas nggak normal.
Euphoria pun memiliki beberapa gejala dan tanda yang perlu kamu kenali seperti berikut ini. Jadi, saat sudah berlebihan, kamu dapat menanganinya dengan tepat.
- Perasaan bahagia yang ekstrem
- Kegelisahan
- Halusinasi
- Disorientasi
- Kebingungan
- Paranoid
- Perubahan suasana hati
- Kecemasan
- Kegelisahan
BACA JUGA: 5 Cara Memutihkan Gigi Kuning Secara Alami, Bahannya Mudah Ditemui!
Penyebab Euphoria
Euphoria nggak dirasakan begitu saja, ada penyebab yang dapat memunculkan perasaan tersebut. Bisa menjadi positif ataupun negatif. Supaya nggak bingung, ini dia beberapa penyebab euphoria.
1. Gangguan mental
Hal ini termasuk depresi unipolar, gangguan bipolar, skizofrenia, serta beberapa gangguan kepribadian siklotimik.
2. Kecanduan atau penyalahgunaan narkoba
Hal ini terkait dengan obat-obatan seperti kokain, ganja, amfetamin, heroin, morfin, kodein, oksikodon, fentanyl, ekstasi, lysergic acid diethylamide (LSD), mescaline, dan jamur psikedelik.
3. Kebiasaan
Ini biasanya nggak terlalu parah, dibandingkan dengan obat adiktif atau penyalahgunaan narkoba pada poin sebelumnya. Tetapi kebiasaan ini dapat berupa alkohol, nikotin, dan kafein.
4. Gangguan neurologis
Hal ini terkait dengan gangguan neurologis tertentu, seperti kejang petit mal, multiple sclerosis, migran, cedera kepala, dan trauma kepala. Tentunya penyebab ini perlu dirawat oleh ahli saraf atau ahli bedah saraf.
5. Penyebab lain
Euphoria pun dapat disebabkan oleh hipoksia atau kekurangan oksigen (seperti yang terjadi pada penyakit ketinggian atau tercekik). Hipertiroidisme juga dapat menyebabkan euforia.
Bagaimana Mendiagnosa Euphoria?
Jika kamu mengalami euphoria artinya perlu dilakukan penelitian tentang riwayat medis terlebih dahulu. Seperti mengenali kondisimu, termasuk suasana rumah, status sosial ekonomi, serta faktor riwayat keluarga euphoria.
Pemeriksaan fisik secara keseluruhan akan dilakukan setelah memeriksakan faktor tersebut. Lalu, diikuti dengan evaluasi terinci oleh psikiater.
1. Evaluasi psikiatri
Tujuan utama evaluasi psikiatri adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang bagaimana keadaan pikiran pasien dari pola serta perilakunya. Melakukan cara ini diharapkan dapat ditemukan penyebab sebenarnya dari masalah tersebut, hingga diagnosa dan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
2. Mini-mental state examination (MMSE)
Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai penampilan, perilaku, kemampuan kognitif, pola bicara, bukti halusinasi, serta tanda-tanda lain yang mencerminkan keadaan mental kamu.
Hal ini tentu saja berguna untuk menilai penyakit Alzheimer sebagai penyebab dasar euphoria yang dialami seseorang.
3. Catatan pola mood
Psikiater akan meminta pasien untuk membuat grafik yang mencatat setiap hari perubahan suasana hati, perubahan pola tidur dan faktor lainnya. Grafik tersebut sangat penting bagi psikiater untuk merencanakan pengobatan apa yang cocok untuk pasien.
4. Tes laboratorium
Tes ini dilakukan jika penyebab euforia terkait dengan kecanduan alkohol. Tes darah dapat mendeteksi kadar alkohol yang ada dalam darah. Jika dicurigai hipertiroidisme, maka tes fungsi tiroid (TFT) yang mengukur T3, T4, dan TSH dapat digunakan untuk mendiagnosis.
5. Pemeriksaan otak
Teknik pemeriksaan otak dapat menggunakan Computed Tomography atau CT dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Hal ini dapat dilakukan jika dokter mencurigai adanya penyebab yang mendasari kondisi euforia.
Bagaimana Mengobati Euforia?
Pengobatan euphoria artinya melibatkan pengobatan gangguan yang mendasarinya. Jadi, perawatan umumnya bersifat individual atau mengenali apa penyebab dari euphoria pada seseorang.
Oleh karena itu, pengobatan akan berbeda-beda tergantung pada apa penyebab dari euphoria itu sendiri. Berikut ini beberapa hal yang dapat menyebabkan munculnya euphoria.
1. Gangguan mental
Umumnya dapat diobati dengan menggunakan obat-obatan. Hal tersebut perlu dilakukan secara teratur dan dilengkapi dengan beberapa sesi psikoterapi.
2. Penyalahgunaan narkoba atau alkohol
Penyebab ini dapat diatasi dengan program detoksifikasi, program rehabilitasi, psikoterapi, dan pemantauan serta tindak lanjut secara teratur pada pasien.
3. Penyakit Alzheimer
Meskipun penyakit Alzheimer data menyebabkan euforia, tetapi karena nggak ada pengobatan untuk penyakit ini, maka akan sulit untuk mengatasinya. Mungkin beberapa obat dapat meningkatkan fungsi kognitif dan mencegah fluktuasi emosional ringan seperti euforia.
4. Hipoksia
Dalam kasus hipoksia, saturasi oksigen akan diukur menggunakan oksimeter. Untuk kasus penyakit ketinggian, transfer cepat ke ketinggian yang lebih rendah diperlukan bersama dengan suplementasi oksigen.
Asfiksia yang disengaja umumnya banyak terjadi dikalangan remaja. Nah, untuk mencegah euforia jenis ini, konseling yang tepat adalah suatu keharusan.
5. Hipertiroidisme
Kondisi ini dapat diatasi dengan pemberian obat anti-tiroid. Yodium radioaktif dapat juga digunakan untuk mengecilkan kelenjar tiroid secara perlahan, dan lama kelamaan menghancurkan.
Akan tetapi pada beberapa kasus, pembedahan mungkin diperlukan untuk mengangkat kelenjar tiroid.
6. Gangguan neurologis
Dalam kasus cedera kepala, intervensi bedah oleh ahli bedah saraf biasanya diperlukan.
Mungkin dari beberapa pengobatan euforia di atas, hanya ada beberapa kondisi euforia yang dapat dicegah. Misalnya, penyalahgunaan narkoba, penggunaan nikotin, dan alkohol.
Namun, cara yang paling efektif untuk mencegah terjadinya euphoria artinya dengan mulai hidup sehat dan merubah gaya hidup menjadi lebih baik.
Jangan lupa unduh aplikasi Rukita via Google Play Store atau App Store, bisa juga langsung hubungi Nikita (customer service Rukita) di +62 811-1546-477, atau kunjungi www.rukita.co.
Follow juga akun Instagram Rukita di @Rukita_Indo dan Twitter di @Rukita_Id untuk berbagai info terkini serta promo menarik.