Video conference menjadi andalan untuk berkomunikasi sejak WFH diberlakukan oleh sejumlah perusahaan. Namun, mungkin kamu merasa video call bikin tambah capek belakangan ini yang istilah kerennya, tuh, zoom fatigue. Kenapa, ya?
Memang, sih, banyak masalah terjadi saat melakukan Zoom atau video call. Layar nge-freeze, internet putus, suara lawan bicara yang hilang, dan sebagainya. Rasanya memang butuh usaha ekstra sehinga lebih capek daripada ketemu face to face.
Kadang kamu sendiri susah fokus dan merasa bosan padahal harus terlihat tertarik, kan? Mana susah pula membaca gerak-gerik lawan bicara atau emosi kolega kalau koneksinya jelek. Nggak heran energi langsung terkuras begitt selesai video call. Hufttt…
Kenapa Conference Call Bikin Capek?
Otak kita nggak bisa melakukan banyak hal bersamaan, tuh, sedangkan bahasa tubuh bisa diproses sebagai informasi bawah sadar dengan lebih mudah. Sedangkan video call membutuhkan banyak kapasitas kesadaran dan secara fisik kita nggak bisa melakukan apa-apa terhadapnya.
1. Kita harus memproses komunikasi non-verbal
Saat melakukan video call kita harus lebih fokus dibanding ngobrol face to face. Hal ini karena video call mengharuskan kita untuk mengerti gerak-gerik nonverbal, seperti ekspresi wajah, nada suara, dan bahasa tubuh.
Untuk mengamati dan menganalisis ini semua pasti memerlukan lebih banyak energi. Biasanya saat otak nggak bisa merespons sesuatu maka bahasa tubuh kita yang memberi tahu. Namun di sini otakmu nggak bisa bekerja untuk tubuhmu juga sehingga video call bikin capek.
2. Si diam yang membingungkan
Biasanya kalau ngobrol sehari-hari, tuh, kadang memang perlu jeda sebelum menyambung pembicaraan. Sedangkan kalau dalam video call kamu jadi mikir ada masalah teknis atau mikir orang mungkin bosan sama kamu.
Ada penelitian dari Jerman yang menyatakan bahwa delay dalam video call bahkan 1 detik saja bikin orang berpikir negatif. Orang jadi punya kesan nggak responsif atau nggak fokus. Ups!
3. Khawatir ada anggota keluarga lewat
Kita juga sering merasa khawatir terhadap keadaan kerja kita dan event-event yang bisa terjadi dan di luar kontrol kita. Bisa saja tiba-tiba background Zoom error sehingga menampilkan kondisi rumah yang kurang layak, atau bisa juga tetiba anggota keluarga lewat.
Masalah ini juga bikin capek karena kita harus selalu waspada terhadap suara-suara di sekitar. Siapa tahu ada yang lewat, membuka pintu tanpa tahu kamu sedang video call, dan sebagainya. Capek juga, kan, memikirkan hal-hal seperti ini?
4. Jadi pusat perhatian
Saat menjadi pembicara, tuh, kita akan muncul di layar utama dan rasanya seperti diawasi. Hal ini menyebabkan kamu tertekan dan grogi saat melakukan konferensi video. Yap, rasanya semua orang jadi melihat ke kamu dan bikin demam panggung!
Selain itu orang juga banyak yang nggak nyaman melihat wajahnya sendiri. Kalau ngobrol sama orang tentu kita nggak akan lihat wajah sendiri sehingga rasanya jadi semakin aneh dan nggak nyaman.
Mungkin kita jadi memperhatikan muka kita sendiri saat bicara, bagaimana bentuk mulut hingga tatanan rambut. Ah, video call bikin insecure dan capek!
Akhirnya, nih, kita selalu ber-makeup untuk video call atau bicara sambil tersenyum dengan cara tertentu supaya terlihat oke di kamera. Persiapan yang menghabiskan waktu, kan?
5. Nggak ada basa-basi
Kalau meeting secara langsung, kan, kita bisa basa-basi dulu, beli kopi atau teh dulu, lalu ketawa-ketiwi. Sedangkan kalau meeting via Zoom setelah bilang halo yang awkward biasanya langsung ngomongin pekerjaan.
Pasalnya kamu nggak perlu lagi membangkitkan mood dan harus ekstra kreatif untuk menarik perhatian sebagai pembicara. Apalagi kita tahu orang susah konsentrasi saat video call.
Pindah lokasi atau mengubah gerak tubuh seperti jalan-jalan saat presentasi, tuh, bisa mengubah mood orang jika dilakukan berhadapan. Namun, kamu nggak bisa sama sekali melakukannya saat video call.
6. Ada faktor eskternalnya!
Tentu kita semakin stres dan capek karena ketidakjelasan yang disebabkan oleh Coronavirus. Social distancing, mempertahankan produktivitas saat WFH, dan khawatir akan kelanjutan karier pasti akan membuat kita merasa capek.
Semua akumulasi rasa stres yang dialami, nih, sadar atau tidak akan berkontribusi terhadap kelelahan saat melakukan video call. Video call makin mengingatkan kita akan situasi ini karena video call ini bukti nyata bahwa pandemi masih ada.
7. Kita harus memberikan perhatian penuh
Saat kita ngobrol langsung dengan teman, keluarga, atau kolega kadang kita bisa nyambi minum dan sebagainya. Bisa juga sambil jalan -jalan sebentar agar badan tidak kaku karena duduk terus, apalagi ada komunikasi nonverbal yang bisa diperhatikan.
Namun, melalui video call kita hanya bisa duduk diam untuk memberikan perhatian penuh kepada pembicara. Padahal kadang bicara sambil berjalan kaki bisa membuat pikiran bekerja lebih optimal. Apalagi otak kita itu sangat asosiatif sehingga otak akan berpikir bahwa video call bersama teman itu sama dengan bekerja. Duh, jadi tegang sendiri!
8. Hilangnya batasan
Sekarang kita bekerja di rumah dan jarang ada kegiatan ke luar rumah. Jadi, kadang ketika ada yang minta video call sebentar kita nggak punya banyak alasan untuk menolak dengan dalih berkegiatan padahal sebenarnya kita sedang sibuk.
Biasanya setiap peran sosial selalu didefinisikan oleh lokasi yang berbeda. Namun kini bekerja, istirahat, dan nongkrong lokasinya sama saja, yaitu di rumah, bahkan di depan layar laptop! Lama-lama muncul konflik terhadap diri sendiri karena ada banyak batasan ini.
Banyak juga pekerja yang jadi kurang istirahat karena selama WFH ini mereka berkomitmen untuk lebih produktif agar tidak dipecat. Bisa jadi tuntutan kantor juga tinggi sehingga lebih banyak pekerjaan ketika berada di rumah. Alhasil fisik kamu juga sudah mencapi peak-nya masih harus mengikuti video call yang bikin capek!
9. Cara mengatasinya bagaimana?
Hanya lakukan video call kalau diperlukan dan nggak perlu menyalakan kamera jika nggak penting-penting amat. Untuk grup meeting, nih, kamu bisa meletakkan kamera di samping agar tidak perlu terus melihat wajah yang bikin nggak bisa konsentrasi.
Kalau bisa telepon dan share dokumen saja supaya kamu bisa menyambinya dengan kegiatan lain, seperti jalan-jalan, minum, atau makan agar konsentrasimu lebih optimal daripada duduk kaku dan merasa diawasi.
Kalau kamu berkesempatan untuk memulai rapat, ya, cobalah tanyakan kabar dan catch-up dengan rekan kerja yang lain. Coba jangan terlalu strict untuk hanya bicara soal pekerjaan saja. Kita harus tetap bisa menjalin hubungan dan membangun kepercayaan, kan?
Semoga trik-trik di atas bisa membantumu mengerti kenapa video call bikin frustrasi dan bisa membantumu mengatasinya. Karena mau bagaimana lagi, ya, saat ini meeting dan diskusi via Google Hangout dan Zoom adalah cara paling efektif serta aman untuk dilakukan sekarang.
Sudah seberapa muak kamu dengan video call? Jangan ragu menuliskan pendapat atau pengalamanmu di kolom komentar, ya.