Apakah kamu merasa cemas dan depresi akhir-akhir ini? Kalau iya, kamu nggak sendirian karena banyak orang kesulitan menghadapi perubahan-perubahan di masa pandemi ini. Nggak perlu khawatir, kok, kalau kamu untuk pertama kalinya mengalami masalah kesehatan mental.
Adanya kebijakan #dirumahaja, lalu melihat orang melanggar protokol kesehatan yang menyebabkan peningkatan kasus, hingga kesulitan untuk pulang kampung maupun main di kafe membuat kita jadi mudah stres. Belum lagi jika terpapar berita-berita lain yang juga sama negatifnya.
Rasa takut dan depresi yang dialami sekarang merupakan reaksi yang normal, kok, karena semua sangat abnormal. Kalau ini adalah kali pertamamu mengalami masalah kesehatan mental pasti bikin kamu bingung harus bagaimana, ya? Jangan khawatir, yuk, kita lewati bersama-sama!
7 Tips untuk Orang-Orang yang Mengalami Masalah Kesehatan Mental
Masalah kesehatan mental semakin meningkat akibat Covid-19. Kalau kamu merasa mengalaminya sekarang, nih, coba ikuti tips berikut untuk menyembuhkan diri.
1. Bagaimana membedakan ketakutan biasa dari kesehatan mental?
Bagi orang yang baru kali ini mengalami kesehatan mental, ya, kamu mungkin bingung bagaimana membedakan depresi atau hanya hari buruk semata. Rukita pernah menuliskan artikel mengenai cara membedakan kecemasan dari cemas biasa. Normal untuk merasa cemas atau depresi ketika sedang menghadapi berbagai peristiwa pemicu stres dalam hidup.
Bila perasaan ini membuat kamu jadi nggak bisa merawat diri sendiri, menyelesaikan tugas-tugas, atau secara negatif berdampak terhadap pola makan dan siklus tidur, nih, sebaiknya mulai diwaspadai. Apalagi kalau rasa khawatirmu benar-benar berjalan seharian dan bikin kamu nggak bisa memikirkan hal lain atau bikin kamu kehilangan harapan dan ingin bunuh diri.
Bila kamu mengalaminya maka harus segera mencari bantuan profesional, ya.
2. Ciri-ciri depresi
Normal untuk merasa sedih, depresi, dan kesepian ketika banyak masalah terutama bila sampai menghilangkan rasa percaya diri. Kadang, tuh, depresi berkepanjangan bisa menyebabkan munculnya penyakit fisik dan berujung kepada bunuh diri.
Ciri depresi antara lain yaitu kesulitan berpikir, hilang konsentrasi, merasa bersalah, tidak berguna, tidak punya harapan, tidak tertarik kepada banyak hal menyenangkan, dan merasa kosong. Kadang mereka juga akan merasa sakit di badannya, kesulitan tidur, hingga overeating atau tidak nafsu makan.
3. Ciri-ciri kecemasan atau anxiety
Kecemasan merupakan rasa khawatir yang terus-menerus muncul dalam jangka waktu lama. Rasanya seperti deg-degan menanti sesuatu yang dampaknya sampai mengganggu aktivitas. Badanmu akan selalu tegang karena selalu mengkhawatirkan adanya bahaya.
Kamu akan merasakan grogi, deg-degan, atau kondisi selalu awas saat mengalami kecemasan. Kamu pun selalu merasa dalam posisi panik serta dalam bahaya, jantung berdetak kencang, susah fokus, insomnia atau justru tidur berlebihan karena badan telalu capek, mengalami masalah pencernaan, serta mengulang-ulang tindakan sama terus-menerus.
4. Bisa nggak cerita ke dokter?
Sering kali kita merasa terisolasi ketika memiliki kesehatan mental buruk, apalagi bagi orang yang baru mengalami masalah kesehatan mental. Ingat, ya, bahwa kamu tidak sendirian selalu bisa cerita ke teman, terapis, atau dokter.
Di masa pandemi ini banyak orang mencari bantuan profesional untuk menghadapi kesedihan karena kehilangan pekerjaan atau koneksi sosial. Melakukan terapi sering menjadi tantangan menakutkan bagi orang-orang yang baru mengalaminya untuk pertama kali. Kita juga sering bingung bagaimana seharusnya mengekspresikan perasaan kepada orang lain tanpa khawatir akan dihakimi.
Tenang, terapis, psikolog, maupun pskiater tidak akan menghakimimu! Kamu bisa menceritakan kekhawatiranmu sepenuhnya. Sstt, di masa pandemi ini banyak psikolog menawarkan layanan online dan jangan khawatir terhadap prosesnya. Kamu seharusnya bisa merasa lebih nyaman untuk bercerita tanpa meninggalkan privasimu sendiri.
BACA JUGA: Merasa Cemas saat Pandemik Covid-19? Ini Daftar Lengkap Konsultasi Psikologi Online Gratis!
5. Bagaimana mencari bantuan kalau jalan saja terasa lemas?
Ini normal! Ada banyak orang yang penulis kenal juga benar-benar tidak punya energi untuk bangkit dari tempat tidur. Kadang, tuh, orang tidak mencari bantuan terapi karena sudah kekurangan motivasi.
Hilangnya motivasi adalah salah satu ciri depresi. Saat kamu depresi, nih, kadang susah banget untuk bangun dari tempat tidur, apalagi mencari terapi. Kalau sudah merasa seperti ini, ya, kamu harus berusaha sembuh agar bisa berfungsi lagi. Jadi dorong dirimu untuk mandi, makan, dan mencari terapis.
Kalau benar-benar nggak ada tenaga, yuk, coba breakdown tugas hari itu menjadi bagian-bagian kecil agar kamu nggak terlalu keras terhadap diri sendiri. Coba mandi dulu hari ini, lalu telepon satu terapis. Kalau sudah cobalah makan, atau tidur lagi baru makan. You’ll get through this!
6. Bagaimana menghindari stigma buruk terapi?
Banyak orang malu pergi ke dokter karena terapi dan penyakit jiwa punya konotasi buruk. Cara memecah stigma ini memang cukup sulit. Kalau ngobrol sama terapis justru membuatmu makin merasa khawatir maka cobalah mengikuti psikolog di media sosial atau akun psikologis yang mengedukasi pentingnya terapi.
Selain itu, nih, coba duduk dan resapi dulu: apakah konotasi buruk yang ada di pikiranmu itu membuat kondisimu membaik atau malah makin buruk? Banyak orang boleh bilang pergi ke psikolog itu lemah atau masalahmu nggak penting-penting amat sampai butuh bantuan orang. Eits, semua masalah itu penting karena tiap orang unik dan berbeda. Membutuhkan batuan nggak berarti kamu lemah!
Mencari bantuan untuk membenahi diri sendiri dan jadi lebih baik adalah hal paling kuat yang bisa dilakukan untuk kamu pribadi. Dengan melakukannya, nih, kamu akan secara aktif mengambil alih hidupmu dan membawanya ke arah yang lebih sehat.
7. Kapan harus minum obat?
Pasti banyak artikel maupun teman menyarakan kamu minum obat untuk memperbaiki perasaanmu. Meminum obat itu harus hati-hati, lho, dan mengikuti konseling dengan terapis atau psikolog adalah langkah baik pertama yang bisa diambil sebelum mengonsumsi obat-obatan psikoterapi. Obat hanya diberikan kalau kamu benar-benar harus ‘dibenahi’ secara kimia.
Kalau menurut psikolog kamu harus minum obat, maka pskiater yang boleh memberikan resep obat. Obat psikoterapi bisa menjadi pilihan kalau dibutuhkan. Terapis dan psikolog tidak bisa memberikan obat-obatan, namun mereka akan memberi rujukan kepada pskiater seandainya sudah tidak bisa menangani masalahmu.
Walau obat bisa menolong banyak orang, namun efeknya berbeda satu sama lain. Maka dari itu konsultasi sangatlah penting. Bila kamu tidak bisa disembuhkan melalui perubahan pola pikir maupun sesi konseling untuk mempelajari dan mengerti akar masalahmu, maka ada kemungkinan jadi terus bergantung pada obat-obatan padahal ini juga tidak baik.
Sekarang sudah tahu, kan, apa yang harus dilakukan? Ayo, bangkit dan cari bantuan melalui terapis ataupun psikolog!
Apakah kamu merasakan kecemasan yang mengacu kepada masalah kesehatan mental semenjak pandemi? Yuk, berbagi cerita di kolom komentar.