Apa saja faktor penyebab terjadinya angin puting beliung? Cek selengkapnya di sini!
Angin puting beliung adalah angin dengan gerakan berputar yang kencang dan berasal dari awan cumulonimbus. Angin ini memiliki kecepatan lebih dari 64,4 km per jam dengan durasi atau waktu kejadiannya 5 menit dan terjadi di wilayah yang tidak luas.
Menurut situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, angin puting beliung adalah angin tornado berukuran kecil yang terjadi di Indonesia. Pemberian nama angin ini di beberapa kota Indonesia juga berbeda-beda.
Misalnya, di Jawa, disebut sebagai angin lesus atau angin puyuh. Sedangkan, di Sumatra, disebut dengan angin Bahorok.
Lalu, sebenarnya apa, sih, yang menyebabkan fenomena alam ini bisa terjadi? Bagaimana proses terjadinya hingga menjadikannya sebuah bencana alam yang sering merugikan manusia? Simak selengkapnya di bawah ini!
Penyebab Terjadinya Angin Puting Beliung
Angin puting beliung tidak hanya sering terjadi di Indonesia, melainkan juga di beberapa negara, seperti Amerika, Jepang, Korea, Australia, Filipina, hingga China. Oleh karena itu, angin ini bisa dibilang adalah fenomena alam yang bersifat lokal.
Angin ini biasanya terjadi akibat adanya pertemuan antara udara panas dan juga udara dingin, sehingga keduanya saling bentrok dan membentuk sebuah awan bernama cumulonimbus. Suhu yang tinggi juga sering kali menjadi penyebab terjadinya angin ini.
Selain itu, angin ini dapat terjadi apabila terdapat arus udara yang naik secara kuat di dalam awan. Angin ini juga kerap kali terjadi ketika sudah memasuki waktu peralihan, yaitu pada waktu siang atau sore menjelang malam hari, sekitar pukul 13.00 hingga 17.00
Proses Terjadinya Angin Puting Beliung
Proses terjadinya angin puting beliung berkaitan dengan adanya awan cumulonimbus yang terbagi dalam tiga fase, yaitu fase tumbuh, fase dewasa, dan fase punah.
1. Fase tumbuh awan cumulonimbus
Pada fase pertama ini, terdapat awan yang di dalamnya memiliki arus kuat yang naik ke atas. Saat hujan belum turun, titik-titik air maupun kristal es masih tertahan oleh adanya arus yang naik tersebut sebelum menuju ke puncak awan.
2. Fase dewasa awan cumulonimbus
Kemudian, pada fase ini titik-titik air yang sudah tidak tertahan itu akan naik menuju puncak awan. Saat hujan telah turun, maka akan terjadi gaya gesek antara arus udara naik dan yang turun.
Adanya temperatur massa udara yang turun menjadi lebih dingin dari udara di sekelilingnya menimbulkan arus geser yang memutar hingga menjadi bentuk pusaran. Semakin lama terjadi, maka arus udara tersebut juga akan bergerak semakin cepat.
Pada akhirnya akan membentuk sebuah corong yang menyentuh permukaan bumi. Namun, terkadang juga angin puting beliung muncul yang disertai oleh hujan deras hingga membentuk pancaran air atau water spout.
3. Fase punah awan cumulonimbus
Pada fase terakhir ini, massa udara akan meluas pada seluruh awan, lalu berhenti dan kemudian berakhir. Hal ini dikarenakan tidak ada massa udara yang naik hingga kemudian massa udara turun secara meluas di seluruh awan.
Ketika proses kondensasi berhenti, maka udara yang turun menjadi melemah dan akhirnya angin ini menghilang. Proses kondensasi sendiri adalah adalah suatu proses perubahan uap air atau benda gas menjadi benda cair yang terjadi pada suhu udara di bawah titik embun.
BACA JUGA:
- Penyebab Angin Kencang dan Hal yang Harus Dilakukan saat Terjadi!
- Menelan Ratusan Korban, Ini 10 Bencana Banjir Terparah yang Pernah Terjadi di Indonesia
- 7 Cara Mencegah Banjir di Sekitar Rumah | Biar Nggak Kebanjiran Terus!
Ciri-Ciri Terjadinya Angin Puting Beliung
- Memiliki bentuk beragam, biasanya berbentuk mirip corong.
- Terjadi selama 3-5 menit secara tiba-tiba di sekitar area lokal.
- Lebih sering terjadi pada siang hari, biasanya sekitar mulai pukul 13.00.
- Apabila terjadi sangat lama, maka dapat menyebabkan kerusakan pada jalur lintasannya.
- Terjadi pada musim pancaroba.
- Terjadi di daerah dataran rendah.
- Tidak ada bencana susulan.
- Tidak memiliki siklus yang teratur.
Perbedaan Angin Puting Beliung dan Tornado
Selain angin puting beliung, pasti kamu juga sudah tidak asing dengan tornado. Antara tornado dan puting beliung memiliki perbedaan, yaitu dari kecepatan anginnya.
Berbeda dari angin puting beliung yang hanya mencapai 64,4 km per jam, kecepatan dari tornado dapat mencapai 100 hingga 200 mil per jam atau sekitar 160 – 321 km per jam. Selain itu, jangkauan dari terjangan tornado rata-rata mencapai 75 km dan menempuh beberapa kilometer sebelum akhirnya menghilang.
Keberadaan tornado sudah dapat diprediksi kemunculannya mulai dari satu minggu yang berawal dari bibit, lintasan, hingga selesainya. Hal ini disebabkan oleh radius pergerakannya yang mencapai ratusan kilometer sehingga dapat dengan mudah dipantau satelit.
Sedangkan, angin puting beliung kemunculannya tidak dapat diprediksi. Hal ini disebabkan radius atau pergerakannya begitu kecil, yaitu kurang dari 5 km sehingga tidak dapat dipantau oleh satelit.
Nah, itulah penjelasan mengenai angin puting beliung, mulai dari penyebab, proses terjadi,ciri-ciri, hingga perbedaannya dengan tornado. Pastikan kamu selalu waspada akan terjadinya bencana alam ini karena kedatangannya tidak dapat diprediksi.
Kamu punya informasi lainnya mengenai angin puting beliung? Yuk, bagikan di kolom komentar!
Kamu sedang cari kost coliving yang dekat dengan pusat kuliner, perkantoran, kampus, mall, rumah sakit, maupun tempat strategis lainnya? Coba ngekost di Rukita saja!
Tersedia berbagai pilihan jenis kost coliving Rukita yang berada di lokasi strategis dengan akses mudah dan dekat ke berbagai tempat strategis. Nggak hanya di Jabodetabek dan Pulau Jawa saja, Rukita juga telah hadir di beberapa kota Indonesia lainnya, seperti kost di Palembang!
Jangan lupa unduh aplikasi Rukita via Google Play Store atau App Store, bisa juga langsung hubungi Nikita (customer service Rukita) di +62 811-1546-477, atau kunjungi www.rukita.co.
Follow juga akun Instagram Rukita di @Rukita_Indo, Twitter di @Rukita_Id, dan TikTok @rukita_id untuk berbagai info terkini serta promo menarik!