Menjadi food influencer sepertinya hal yang seru dan mudah untuk dilakukan. Kamu mendapatkan makanan gratis yang dikirimkan ke rumah atau mencicipinya di resto, bahkan kamu dibayar untuk melakukannya!
Beberapa influencer pun mendapatkan bayaran cukup besar hanya dengan berfoto bersama makanan yang dikirimkan kepada mereka, alias di-endorse. Terkesan mudah, glamour, dan gaya hidup mereka beberapa sangat wow!
Apakah selamanya selalu happy? Ternyata di belakang unggahan dengan ratusan dan ribuan likes itu banyak yang mengaku kalau menjadi food influencer adalah hal yang membebani keadaan mental.
5 Plus Minus Menjadi Food Influencer yang Harus Dipertimbangkan
Ingin tahu suka duka menjadi food influencer? Coba simak baik-baik bahasannya di bawah ini agar kamu bisa mempertimbangkan lagi keputusanmu yang ingin menjajal profesi ini.
1. Dibayar untuk melakukan hal yang kamu sukai
Yup, ini pastinya akan menjadi salah satu nilai plus yang akan kamu rasakan kalau menjalani hidup sebagai food influencer.
Seperti cerita Nichole Wolf, pemilik akun instagram kuliner ATL Adventurer, awalnya Wolf cuma iseng-iseng saja membuat akun Instagram khusus untuk berbagi petualangan kulinernya setelah ia pindah ke Atlanta.
Ketika banyak orang mulai menyukai ulasannya, nih, Nicole kemudian diminta untuk melakukan ulasan dengan imbalan bayaran atau mendapat undangan ke grand opening sebuah restoran baru.
Seperti yang orang-orang sering katakan, tuh, kamu tidak akan merasa seperti bekerja jika melakukan hal yang benar-benar disukai.
2. Dituntut untuk menjadi sempurna
Nah, di saat yang bersamaan, ada konsekuensi yang harus kamu tanggung ketika menjadi food influencer.
Kamu dituntut untuk selalu menciptakan konten baru paling tidak sekali dalam sehari.Konten kamu juga harus unik dan berbeda dari orang lain. Belum lagi kamu harus membuat ulasan sesuai permintaan orang yang membayar kamu.
Semua ini kamu harus lakukan dengan ‘sempurna’ atau setidaknya konten harus sesuai dengan keinginan pengikutmu. Kalau tidak kamu terancam akan kehilangan pengikut dan tidak lagi menjadi relevan di dunia influencer.
3. Kadang tidak bisa membedakan waktu istirahat dan bekerja
Para influencer ini harus mendatangi acara grand opening restoran saat weekend dan menciptakan konten baru sepanjang weekday. Berbeda dari pekerjaan biasa di mana kamu bisa mengambil cuti ketika merasa penat, nih, influencer tidak bisa ‘cuti’ dari media sosial.
Ketika tidak menciptakan konten dalam beberapa hari saja mereka akan kehilangan eksistensi mereka di media sosial, bahkan terlupakan di antara banyaknya food influencer lainnya. Jadi, tidak ada kata istirahat bagi mereka!
4. Tidak memiliki privasi
Tentu saja hal ini akan terjadi ketika kamu bergelut di media sosial, apalagi kalau kamu memberikan konten makanan. Orang-orang pasti ingin tahu apa yang kamu santap di pagi hari dan ke mana kamu pergi untuk makan siang maupun makan malam.
Ketika kamu tidak ‘membagikan hidup’ ke jutaan pengikutmu maka mereka akan berasumsi sesuatu terjadi padamu. Bukan tidak mungkin mereka juga menciptakan gosip yang bisa memberi dampak terhadap keberadaan kamu di media sosial.
Pokoknya, apa pun yang kamu lakukan dapat berdampak buruk apabila kamu tidak dapat mengontrol konten. Terdengar lebih sulit daripada menjalankan pekerjaan kantoran biasa, ya?
5. Dapat memengaruhi kesehatan kamu
Hal terakhir yang perlu kamu pertimbangkan ketika kamu ingin menjadi food influencer adalah kesiapan mental untuk menjalani hidup seperti yang sudah disebutkan di atas. Apakah kamu siap?
Memang, sih, bebannya tidak seberat menghadapi perang atau menentukan kejatuhan bangsa dan negara, tetapi menjadi influencer akan sangat memengaruhi kesehatan kamu–baik secara fisik maupun mental.
Menurut Carly Lipkin, pemilik akun instagram Talk Foodie To Me, seorang influencer harus menanggung beban mental untuk selalu berada paling depan dan berbeda di antara ribuan influencer lainnya. Food influencer juga akan dituntut memiliki engagement tinggi sehingga setiap unggahan berdampak yang nantinya memengaruhi rate kamu juga.
Hal ini rupanya bukan hanya memengaruhi keadaan fisik Lipkin, tapi juga membuat Lipkin merasa tidak berharga saat fotonya tidak menerima komentar ataupun jumlah likes sebanyak sesama influencer lainnya. Duh!
Ternyata menjalani gaya hidup food influencer itu tidak semudah yang kita bayangkan, ya? Hidup sebagai food influencer tidak selalu seindah yang diperlihatkan di laman media sosial mereka.
Kalau kamu ingin melakukan food blogging sebagai hobi kamu, boleh-boleh saja, sih. Tapi ingat, jangan sampai kamu merasa terbebani oleh konten blogging dan akhirnya tidak lagi menikmati hal yang sebenarnya kamu sukai itu.
Apakah kamu memiliki jumlah followers di Instagram yang banyak dan menggunakannya sebagai platform untuk menjadi influencer? Kalau iya, coba sharing pengalaman kamu sebagai influencer di kolom komentar, dong.