Apakah kamu pernah mendengar istilah “strict parents”? Berikut ini penjelasannya.
Belakangan ini mungkin kamu banyak menemukan konten di media sosial yang membahas tentang strict parents. Biasanya, kontennya menceritakan point of view dari seorang anak yang memiliki strict parents.
Cerita yang umum terlontar adalah anak yang memiliki strict parents merasa dirinya terlalu dikekang, meskipun usianya sudah beranjak dewasa. Misalnya, seperti sulit mendapatkan izin dari orang tua untuk berkegiatan di luar rumah.
Sayangnya, tak jarang juga ada yang salah mengartikan bahwa sikap tertentu orang tua terhadap anaknya adalah tanda strict parents. Padahal, sikap tersebut bisa jadi merupakan hal wajar sebagai bentuk perhatian orang tua terhadap anaknya.
Lantas, sebenarnya apa definisi strict parents itu? Agar kamu nggak keliru atau salah paham ke orang tua, simak penjelasannya di bawah ini, yuk!
Strict Parents Adalah?
Setiap orang tua pasti ingin memberikan bimbingan dan asuhan yang terbaik untuk anaknya. Mengajarkan kedisiplinan dari kecil pun merupakan salah satu yang diperlukan.
Orang tua pasti menginginkan anaknya bersikap baik dan terhindari dari hal-hal buruk. Namun, jika orang tua mendisiplinkan anak terlalu ketat, hal itu justru dapat berujung ke dampak yang negatif terhadap anak.
Dilansir dari Kumparan.com, menurut Elizabeth J. Short, PhD, Direktur Asosiasi Schubert Center di Case Western Reserve University, anak dengan strict parents akan lebih sering merasa cemas dan ragu dalam mengambil keputusan. Bahkan, mereka mungkin tak berminat mencoba banyak hal baru karena merasa takut tak bisa memenuhi standar aturan dari orang tuanya.
Nah, dalam ilmu psikologi, strict parents adalah orang tua yang memiliki standar dan tuntutan tinggi kepada anak-anaknya. Tuntutan yang tinggi bisa berupa aturan disiplin terlalu ketat sehingga kesannya tak memberikan anak untuk bernegosiasi atau berpendapat.
Penerapan standar yang disertai dukungan hangat tentu nggak masalah. Namun, jika tidak suportif, nggak responsif, dan cenderung otoriter, itulah yang bisa menimbulkan dampak negatif kepada anak.
- 9 Keuntungan Tinggal Sendiri Meski Jauh dari Orangtua
- 9 Obat Generik yang Wajib Dimiliki oleh Anak Kost yang Tinggal Sendirian
- 8 Cara Memotong Rambut Sendiri, Lebih Hemat dan Anti Gagal!
Ciri-ciri Strict Parents
Agar tidak keliru membedakan mana yang masih dalam batas wajar atau termasuk sebagai strict parents, yuk ketahui ciri-cirinya berikut ini!
1. Terlalu banyak aturan yang ketat
Ciri-ciri strict parents yang pertama adalah adanya aturan yang terlalu banyak dan ketat. Strict parents menganggap bahwa semakin banyak aturan ketat dalam parenting maka semakin membuat anak patuh dan disiplin.
Padahal, pemikiran ini keliru, lho! Menerapkan disiplin kepada anak bukan seberapa banyak aturan yang dibuat, tapi seberapa konsistennya. Penerapan aturan juga harus disertai penjelasan yang baik agar anak bisa mengerti.
2. Tidak mau memberikan penjelasan
Seperti yang disebutkan di atas, penjelasan dalam aturan yang dibuat merupakan hal penting. Sayangnya, strict parents biasanya tak memikirkan hal tersebut.
Strict parents cenderung merasa nggak perlu menjelaskan kepada anak mengapa aturan-aturan itu dibuat. Mereka lebih menginnginkan anaknya mematuhi aturan-aturah ketat tersebut tanpa mempertanyakannya, walau terpaksa sekalipun.
3. Ciri strict parents: Tidak memberikan sang anak pilihan
Setiap orang tua pasti ingin memberikan arahan kepada sang anak dalam menentukan pilihan terbaik dalam hidupnya. Namun, bukan berarti jadi tak memberikan pilihan kepada anak.
Strict parents cenderung tidak memberikan seorang anak pilihan. Mereka sudah memiliki aturan yang tak bisa diganggu gugat dan memaksa anak-anak untuk mematuhinya. Mereka pun sulit dan jarang mempersilakan anak untuk membuat pilihannya sendiri.
4. Tidak memberi kesempatan bernegosiasi
Tidak adanya pilihan, otomatis tak memberikan ruang bernegosiasi. Dalam kamus strict parents hanya terdapat dua kondisi situasi, yaitu hitam dan putih. Ruang untuk kompromi pun tidak ada atau mungkin hanya sangat sedikit.
Anak yang memiliki strict parents tidak memiliki kesempatan untuk bernegosiasi. Bagi strict parents hal ini mungkin ini sesuai tujuan mereka karena anak mau tidak mau harus patuh. Padahal, membatasi anak terlalu ketat seperti ini bisa membuat anak sulit beropini ke depannya.
5. Sifat acuh dan dingin
Ciri-ciri strict parents selanjutnya adalah sikap dingin dan acuh dari orang tua. Sikap tersebut biasanya kerap ditemui pada orang tua yang menerapkan gaya pola asuh seperti ini.
Aturan disiplin yang mereka buat tak disertai dengan dukungan ataupun pujian. Melainkan cenderung omelan, perintah, atau bahkan bentakan. Bagi mereka yang terpenting adalah anak mematuhi aturan, tak peduli apa yang mereka rasakan.
6. Ciri strict parents: Tak ragu memberikan anak hukuman
Ciri-ciri satu ini juga tidak ketinggalan muncul pada orang tua yang termasuk strict parents. Orang tua yang menerapkan gaya pola asuh seperti ini biasanya nggak ragu menjatuhkan hukuman kepada anak.
Anak yang melanggar aturan akan mendapat hukuman dengan harapan mereka akan patuh. Alih-alih memberikan penjelasan atau pengertian, mereka cenderung akan mendisiplinkan anak dengan suatu hukuman.
BACA JUGA:
- Suka Menyalahkan Orang Lain? Ini 5 Penyebab yang Perlu Kamu Tahu!
- Kurang Tidur Dapat Menyebabkan 7 Dampak Buruk Ini | Bikin Mudah Depresi!
- 7 Cara Mudah untuk Bangun Lebih Pagi | Biar Nggak Kesiangan!
9 Dampak Strict Parents pada Anak
Dengan melihat ciri-ciri strict parents di atas saja, kita sudah bisa membayangkan bagaimana dampaknya terhadap anak. Selain anak merasa tak dimengerti, pola asuh tersebut juga bisa membuat anak menjadi sulit dalam menentukan keputusannya sendiri kelak.
Buruknya lagi, pola asuh ini mungkin saja membuat anak cenderung merasa nggak bahagia, bahkan depresi. Tak hanya pada masa kanak-kanak, ya, dampaknya bahkan mungkin dapat terasa ketika beranjak dewasa. Lebih lengkapnya, simak dampaknya kepada anak berikut ini!
1. Tidak bisa mengambil keputusannya sendiri
Pola asuh strict parents cenderung membatasi anak dalam membuat keputusan dan memaksa mereka mematuhi aturan. Anak pun tak diberi kesempatan untuk bernegosiasi atau mempertimbangkan pilihan yang ada.
Hal ini dapat memberi dampak buruk terhadap anak sehingga sulit mengambil keputusan sendiri dalam hidupnya. Anak dengan pola asuh ini akan kerap merasa ragu dan cemas jika dihadapkan kepada pilihan.
2. Rasa percaya diri rendah
Dampak strict parents pada anak yang satu ini masih berhubungan dengan poin sebelumnya. Dilansir dari SehatQ, menurut penelitian dalam jurnal Adolescence, anak dengan pola asuh tersebut menjadi sulit menentukan keputusannya sendiri, bahkan saat diberi kesempatan.
Hal itu karena mereka merasa kurang percaya diri untuk mengambil keputusan sendiri. Sebab, mereka terbiasa didikte oleh orang tua dengan gaya parenting strict parents. Alhasil, ketika remaja pun sang anak jadi kurang percaya diri karena merasa takut salah.
3. Dampak strict parents pada anak: Sulit mengutarakan pendapat
Hampir sama seperti yang sebelumnya, anak yang diberi pola asuh strict parents akan sulit mengutarakan pendapat. Hal ini berhubungan dengan kurangnya rasa percaya diri.
Pola asuh tersebut jadi membuat anak memiliki ruang yang kecil untuk bernegosiasi atau berpendapat. Merekat terbiasa didikte mengikuti peraturan yang ketat, bahkan mungkin tanpa adanya penjelasan oleh orang tua.
Hal ini membuat kemampuan berpendapat mereka pun berkurang. Sehingga, ketika diberikan kesempatan untuk mengutarakan opini, sang anak merasa takut salah dan cenderung tertutup.
4. Kurangnya rasa empati
Salah satu ciri strict parents adalah orang tua tidak segan memberikan hukuman jika anak melanggar aturan. Bahkan dalam beberapa kasus ada yang menggunakan kekerasan, baik fisik maupun verbal.
Hal ini dapat membatasi rasa empati pada anak-anak. Mereka dapat berpikir bahwa untuk mendapatkan sesuatu harus menggunakan paksaan, gertakan, kekerasan, dan membuat rasa takut.
Dalam sebuah penelitian American Psychological Association, gaya parenting otoriter dapat mengakibatkan anak menjadi perisak atau tukang bully. Atau, mereka lebih suka berteman dengan orang-orang pem-bully. Walaupun tidak semua anak dengan strict parents seperti ini, tetap saja hal ini perlu menjadi perhatian.
5. Kurang mampu mengatur diri
Sebagai anak-anak, memang diperlukan adanya bimbingan agar mereka dapat mengontrol perilaku dan mengetahui mana baik dan buruk. Namun, jika sudah bersifat otoriter, maka hal ini bisa membatasi kemampuan anak untuk mampu mengatur diri sendiri.
Dalam kata lain, anak dengan strict parents cenderung kurang mampu memecahkan masalah yang mereka hadapi secara efektif. Sebab, dalam pola asuhnya sang anak lebih sering menuruti perintah atau keputusan yang dibuatkan oleh orangtuanya.
6. Cenderung memberontak
Anak yang dibesarkan dengan disiplin keras mungkin terlihat menjadi anak yang patuh. Namun, bisa saja hal ini menjadi bumerang dan membuat anak cenderung akan memberontak ketika remaja atau dewasa.
Terlebih jika mereka merasa memiliki peluang, misalnya merasa sudah dewasa dan bisa tinggal jauh dari orang tua. Bisa dikatakan hal ini sebagai pembalasan, di mana ketika masih kecil mereka selalu mengikuti aturan orang tua, sedangkan saat dewasa mereka siap memberontak karena merasa sudah cukup dengan itu semua.
7. Membuat anak pandai berbohong
Gaya asuh disiplin dengan kekerasan dan pengekangan, dan adanya hukuman akan menimbulkan rasa takut dan kurangnya empati. Hal tersebut dapat membentuk pola pikir pada anak bahwa lebih baik berbohong daripada harus dihukum.
Apalagi, orang tua dengan gaya asuh ini cenderung tak memberikan ruang kepada anak untuk berpendapat dan mengutarakan kejujuran. Lambat laun anak akan memilih untuk berbohong karena takut dihukum atau dimarahi, lalu menjadi terbiasa akan hal itu.
8. Dampak strict parents pada anak: Merasa tidak bahagia hingga depresi
Tidak ada yang suka dikekang atau diatur terlalu ketat, apalagi dengan gaya otoriter dan tanpa penjelasan. Apalagi, anak-anak membutuhkan kasih sayang dan pengertian dalam setiap bimbingannya di masa pertumbuhannya.
Dalam sebuah penelitian dalam The Journal of Psychology, anak-anak yang dibesarkan dengan strict parents cenderung merasa nggak bahagia. Mereka kerap merasa cemas, khawatir, gugup, bahkan bisa depresi.
BACA JUGA:
- 7 Ciri-ciri Orang Depresi yang Jarang Disadari
- Hipnoterapi Bisa Atasi Depresi? Kenali Manfaat hingga Risiko yang Kamu Alami
- Kenali Manfaat dan Efek Samping Ginkgo Biloba | Tingkatkan Daya Ingat hingga Depresi!
Bagaimana Cara Menghadapi Orang Tua yang Termasuk Strict Parents?
Dampak pola asuh strict parents terhadap anak bisa berbeda-beda satu sama lain. Tak semuanya pandai berbohong, tak semuanya jadi tukang bully, dan tak semuanya menjadi pemberontak.
Namun, apa pun kemungkinan dampaknya tentu harus kita pertimbangkan sejak dini. Bagaimana pun, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kehidupannya ketika dewasa nanti.
Mungkin, kamu yang sedang membaca ini juga pernah mengalami tinggal bersama strict parents, ataupun sedang menghadapi dampaknya di usia dewasa ini.
Saat masih kecil, mungkin kita tak bisa berbuat banyak karena keterbatasan kemampuan sebagai anak-anak. Lalu, bagaimana dengan anak remaja atau memasuki usia dewasa yang masih berhadapan dengan strict parents?
Untukmu yang sedang mengalaminya, hal ini memang tidak mudah dan terkadang membuat frustrasi. Namun, kamu dapat coba melakukan beberapa cara menghadapi strict parents di bawah ini!
1. Beri penjelasan secara perlahan
Cara menghadapi strict parents yang pertama adalah memberikan penjelasan dengan perlahan di waktu yang tepat. Cobalah untuk memberikan pengertian kepada orang tua bahwa kamu juga memiliki pilihan dan opini yang patut dipertimbangkan
Jelaskanlah bahwa melihat pilihan atau pendapat dari sudut pandang anak bukanlah hal buruk. Katakan bahwa hal ini diperlukan agar bisa saling memahami satu sama lain.
Dalam melakukan pembicaraan ini, pastikan kamu dalam keadaan tenang dan tidak emosi, ya! Ingat, tujuanmu adalah membuat mereka mengerti, bukan mendebatnya.
2. Jaga kepercayaan
Menjaga kepercayaan adalah hal penting dalam ‘mengambil hati’ orang tua. Jika orang tuamu memberikan kesempatan kepadamu untuk menentukan pilihan, jangan sia-siakanlah hal itu.
Kamu pasti tahu apa yang mereka khawatirkan terhadap anaknya. Jika sekalinya diberikan kepercayaan dan kamu merusaknya, hal itu akan membuat situasi semakin sulit nantinya, ya.
3. Coba lebih dekat dengan orang tua
Meluluhkan hati strict parents memang nggak mudah. Apalagi mereka cenderung memiliki sifat yang tegas dan teguh dalam memberikan peraturan kepada anak.
Namun, nggak ada salahnya kita sebagai anak mencoba perlahan mengambil hatinya. Cara ini akan bisa membantu membuka pemikiran orang tua bahwa anak juga memiliki harapan dan rencana sendiri bagi hidupnya.
Mulailah terbuka kepada mereka, ceritakan hal yang kamu sukai, keseharianmu, hingga impianmu. Pendekatan ke orang tua mungkin tak mudah, apalagi jika kamu pernah mengalami hal yang tak menyenangkan dari pola asuh seperti itu. Oleh karena itu, lakukan dengan perlahan saja, ya!
4. Bersabar
Mungkin kamu lelah mendengar kata ini. Bersabar juga mungkin tak bisa mengatasi permasalahan hubunganmu dengan strict parents secara langsung.
Namun, bersabar harus tetap berada dalam setiap langkahmu dalam menghadapi ini. Perlahan, cobalah menerima kondisi bahwa kamu memiliki orang tua yang demikian.
Kamu bisa mencoba memikirkan sisi positifnya, bahwa mereka melakukan ini karena menyayangimu. Mungkin, mereka tak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa sayangnya seperti yang kamu harapkan. Dengan bersabar dan menerima kondisi, kamu akan lebih mudah untuk melakukan langkah pertama sampai keempat di atas, lho.
5. Lakukan me time
Cara menghadapi strict parents yang satu ini juga perlu kamu lakukan! Luangkanlah waktumu sesekali untuk me time demi kesehatan mentalmu.
Menghabiskan waktu untuk me time dan membuat diri menjadi rileks akan membantumu lebih sabar dan mencerna sisi positif dari kondisi yang kamu hadapi saat ini.
Updated by Faniditya Ramadhan
Strict parents mungkin merupakan fenomena yang kerap kita temui di sekeliling, atau mungkin kita sendiri mengalaminya. Walaupun sulit, sebagai anak kita juga harus bisa berpikir bijaksana dalam menghadapinya.
Jika kamu merasa terkekang, tidak bahagia, atau menunjukkan gejala depresi karena situasi ini, jangan ragu untuk menghubungi psikolog. Layanan psikolog juga ada yang khusus mengatasi hubungan antara anak dan orang tua, lho.
Nah, untukmu yang mungkin akan jadi calon orang tua, yuk, mulai cari tahu bagaimana pola parenting yang sehat untukmu dan anakmu kelak!
Kamu sedang cari kost coliving eksklusif di lokasi yang strategis? Coba ngekost di Rukita saja! Salah satunya adalah Rukita Permata Tomang yang dekat berbagai kampus ternama di Jakarta Barat ini.
Selain itu, tersedia juga berbagai pilihan kost coliving Rukita lainnya dengan akses mudah dan dekat ke berbagai tempat. Cek selengkapnya dengan klik tombol di bawah ini, ya!
Jangan lupa unduh aplikasi Rukita via Google Play Store atau App Store, bisa juga langsung hubungi Nikita (customer service Rukita) di +62 811-1546-477, atau kunjungi www.rukita.co. Sst, sekarang kamu sudah bisa booking unit langsung di aplikasi Rukita, ya!
Follow juga akun Instagram Rukita di @Rukita_Indo, Twitter di @Rukita_Id, dan TikTok @rukita_id untuk berbagai info terkini serta promo menarik!